ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANEMIA KRONIK
KELOMPOK 2
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ANEMIA”, tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah hematologi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Depok, November 2012
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
2. TUJUAN
Tujuan umum :
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang anemia dan asuhan keperawatan aritmia
Tujuan khusus :
1. Mengetahui pengertian dari anemia kronik
2. Menngetahui penyebab dari anemia kronik
3. Mengetahui tanda dan gejala dari anemia kronik
4. Mengetahui klasifikasi dari anemia kronik
5. Mempelajari asuhan keperawatan anemia kronik
3. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian anemia kronik?
2) Apa saja penyebab anemia kronik?
3) Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien anemia kronik?
4) Bagaimana proses perjalanan anemia kronik?
5) Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien anemia kronik?
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI HEMATOLOGI & ANEMIA KRONIK
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI HEMATOLOGI
A. Anatomi Sistem Hematologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lainkarena berbentuk cairan.Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orangtidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
· Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah.
· Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini.
a) Eritrosit : sel darah merah (SDM ± red blood cell).
b) Leukosit : sel darah putih (SDP± white blood cell).
c) Trombosit : butir pembeku darah ± platelet.1.
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepatdengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warna kuning kemerahan-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang dsebut Hemoglobin. Komponen eritrosit adalah membrane eritrosit, sistem enzim; enzim G6PD ( Glucose6-Phosphatedehydrogenase) dan hemoglobin yang terdiri atas heme dan globin.Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gr dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%. Antigen sel darah merah
Sel darah merah memiliki bermacam antigen :
· Antigen A, B dan O
· Antigen Rh
Proses penghacuran sel darah merah terjadi karena proses penuaan dan proses patologis. Hemolisis yang tejadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainyakomponen hemoglobin yaitu komponen protein dan komponen heme.
2. Sel Darah Putih (Leukosit)
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki kapsul(pseudopodia). Mempunyai macam-macam inti sel, sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya serta warna bening (tidak berwarna). Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis jenis dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B ; monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula yaitu :
· Eosinofil
· basofil
· neutrofil
Fungsi sel darah putih :
· Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan bibit penyakit, bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (sistem retikulo endotel).
· Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/ membawa zat lemak dari dinding ususmealui limpa terus ke pembuluh darah.
Jenis sel darah putih
1) Agranulosit
Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter 10-12mikron. Dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan pewarnaannya:
a. Neutrofil
Granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terangkai, kadangseperti terpisah pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus/granula, serta banyaknya sekitar 60-70%.
b. Eusinofil
Granula berwarna merah, banyaknya kira-kira 24%.
c. Basofil
Granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil daripadaeosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur.
Eusinofil, neutrofil dan basofil berfungsi sebagai fagosit dalam mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel.
2) Granulosita
a. Limfosit
Limfosit memiliki nucleus bear bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe.
· Limfosit T
Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang lama,kemudian bermigrasi menuju timus. Setelah meninggalkan timus, sel-sel ini beredar dalam darah sampai mereka bertemu dengan antigen dimana mereka telah di program untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigennya, sel-sel ini menghasilkan bahan-bahankimia yang menghancurkan mikrooranisme dan memberitahu sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi.
· Limfosit B
Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampaimenjumpai antigen dimana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Pada tahap ini limfosit B mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi el plasma serta menghasilkan antibodi.
b. Monosit
Monosit dibentuk dalam bentuk imatur dan mengalami proses pematanganmenjadi makrofag setelah msuk ke jaringan. Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah putih.
3. Keping Darah (Trombosit)
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang terbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Fungsi lain dalam trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh darah yang cedera.
4. Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-kuningan. Hampir 90% plasma terdiri atas air. Plasma diperoleh dengan memutar sel darah, plasma diberikan secara intravenauntuk: mengembalikan volume darah, menyediakan substansi yang hilang dari darahklien.
5. Limpa
Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan.Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan medialyang konkaf serta berhadapan dengan lambung, fleksura, linealis kolon dan ginjalkiri.Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa),dan pilpa merah ( jaringan ikat, sel eritrost, sel leukosit). Suplai darah oleh arterilinealis yang keluar dari arteri coeliaca.
Fungsi limpa :
· Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).
· Destruksi sel eritrosit tua.
· Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan.
· Produksi bilirubin dari eritrosit.
· Pembentukan limfosit dalam folikel limpa.
· Pembentukan immunoglobulin.
· Pembuangan partikel asing dari darah.
B. Fisiologi Sistem Hematologia.
Sebagai alat pengangkut yaitu :
· Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
· Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
· Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikankeseluruh jaringan/alat tubuh.
· Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
· Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
· Mengatur panas tubuh.
· Berperan serta dala, mengatur pH cairan tubuh.
· Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
· Mencegah perdarahan.(Handayani, 2008:1)
II. ANEMIA KRONIK
A. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Anemia penyakit kronis merupakan bentuk anemia derajat ringan sampai sedang yang terjadi akibat infeksi kronis, peradangan trauma atau penyakit neoplastik yang telah berlangsung 1–2 bulan dan tidak disertai penyakit hati, ginjal dan endokrin. Jenis anemia ini ditandai dengan kelainan metabolism besi, sehingga terjadi hipoferemia dan penumpukan besi di makrofag.
B. Etiologi
1) Perdarahan hidung
2) Tumor ginjal atau kandung kemih
3) Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
4) Berkurangnya pembentukan sel darah merah
5) Kekurangan zat besi
6) Kekurangan vitamin B12
7) Kekurangan asam folat
8) Kekurangan vitamin C
9) Cacingan
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
D. Manifestasi Klinik
Menurut harirson ( 1999, Hal : 56) Presentase klinis dari pasien yang anemik bergantung pada penyakit yang mendasarinya, demikian juga dengan keparahan serta kronisitasnya anemia. Manifestasi anemia dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip patofisologik, sebagian besar tanda dan gejala anemia mewakili penyesuaian kardiovaskuler dan ventilasi yang mengkompensasi penurunan massa sel darah merah.
Derajat saat gejala-gejala timbul pada pasien anemik tergantung pada beberapa faktor pendukung. Jika anemia timbul dengan cepat, mungkin tidak cukup waktu untuk berlangsungnya penyesuaian kompensasi. Dan pasien akan mengalami gejala yang lebih jelas dari pada jika anemia dengan derajat kesakitan yang sama, yang timbul secara tersamar. Lebih lanjut, keluhan pasien tergantung pada adanya penyakit vaskuler setempat. Misalnya, angina pektoris, klaudikasio intermiten, atau leukeumia serebral sepintas yang tersamar oleh perjalanan anemia.
Gejala awal yang tersembunyi dan derajat beratnya anemia dapat timbul pada saat menentukan diagnosis. Biasa terjadi diare dan berat badan yang berkurang, pireksia ringan ikterus karena hemolisis dan warna pucat membuat kulit berwarna kuning lemon, lidah halus, atrofi dan dapat nyeri tekan. Splenomegali merupakan hal yang lazim. Perubahan degeneratif pada saluran medula spinalis posterior dan lateral dapat menyebabkan degenerasi kombinasi subakut dengan kerusakan sensasi permukaan seperti “ sarung tangan dan kaus kaki” dengan hilangnya rasa vibrasi dan proprioseptif. Reflek tendo cepat tetapi sentakan pergelanngan kaki sering berkurang. Refleks plantar berupa ekstensor. Ataksia dan keadaan konfusional toksik dapat timbul. Jika tidak diberikan terapi, demensia akan timbul.
E. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1) Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a) Anemia aplastik
Penyebab:
- agen neoplastik/sitoplastik
- terapi radiasi
- antibiotic tertentu
- obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
- benzene
- infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
- Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
- Morfologis: anemia normositik normokromik
b) Anemia pada penyakit ginjal
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
Gejala-gejala:
- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
- Hematokrit turun 20-30%
- Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
c) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d) Anemia defisiensi besi
Penyebab:
- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
- Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
- Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
- Atropi papilla lidah
- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
- Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e) Anemia megaloblastik
Penyebab:
- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
- Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
2) Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
- Proses autoimun
- Reaksi transfusi
- Malaria
F. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1) Kejang.
2) Cardiomegaly
3) Congestive heart failure
4) Gastritis
5) Paralysis
6) Paranoia
7) Hallucination and delusion
8) Infeksi genoturia
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium hematolgis dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahuikelainan pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis defenitifmeskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikkerjakan jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk mengomfirmasi dugaan diagnosis tersebut pemeriksaan tersebut memiliki komponen berikut ini:
- Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.
- Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.
- Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
- Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematogolis meliputi
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faal hati
5) Biakan kuman
c. Pemeriksaan penunjang lainnya, pada bebrapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik.
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH = fluorescence in situ hybridization).
H. Penatalaksaan Medis
1) Rekombinan eritropoetin (Epo), dapat diberikan pada pasien±pasien anemiapenyakit kronik yang penyakit dasarnya artritis reumatoid, Acquired ImmunoDeficiency Syndrome (AIDS), dan inflamatory bowel disease. Dosisnya dapatdimulai dari 50±100 Unit/Kg, 3x seminggu, pemberiannya secara intra venous(IV) atau subcutan (SC). Bila dalam 2±3 minggu konsentrasi hemoglobin meningkat dan feritin serum menurun, maka kita boleh menduga bahwa eritroit respons. Bila dengan dosis rendah responsnya belum adekuat, maka dosisnya dapat di tingkatkan sampai 150 Unit/Kg, 3x seminggu. Bila juga tidakada respons, maka pemberian eritropoetin dihentikan dan dicari kemungkinan penyebab yang lain, seperti anemia defisiensi besi.
2) Namun ada pulayang menganjurkan dosis eritropoetin dapat diberikan hingga 10.000±20.000Unit, 3x seminggu.
3) Transfusi darah berupa packed red cell (PRC) dapat diberikan, bila anemianya telah memberikan keluhan atau gejala. Tetapi ini jarang diberikan oleh karena anemianya jarang sampai berat.
4) Prednisolon dosis rendah yang diberikan dalam jangka panjang. Diberikan pada pasien anemia penyakit kronik dengan penyakit dasarnya artritistemporal, reumatik dan polimialgia. Hemoglobin akan segera kembali normal demikian juga dengan gejala - gejala polimialgia akan segera hilang dengan cepat. Tetapi bila dalam beberapa hari tidak ada perbaikan, maka pemberian kortiko steroid tersebut segera dihentikan
5) Kobalt klorida, juga bermanfaat untuk memperbaiki anemia pada penyakitkronik dengan cara kerjanya yaitu menstimulasi pelepasan eritropoetin, tetapi oleh karena efek toksiknya obat ini tidak dianjurkan untuk diberikan
6) Transpalantasi sumsum tulang : dilakukan untuk memberikan persediaan jaringan hematopoesti yang masih berfungsi. Agar transpalantasi berhasil diperlukan kemampuan menyesuaikan sel donor dan resipien serta mencegah komplikasi selama masa penyembuhan. Dengan penggunaan imunosupresan cyclosporine, insidens penolakan tandur kurang dari 10%
7) Terapi imunosupresif dengan ATG diberikan untuk menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang aplasia sehingga memungkinkan sumsum tulang mengelami penyembuhan. ATG diberikan setiap hari melalui kateter vena sentral selama 7 sampai 10 hari.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama : Nn. Gapuci
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1989
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pekerjaan : Pegawai swasta
Status perkawinan : Belum nikah
Status pendidikan : Tamat SMP
2) Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien mengeluh lemah, pusing dan sering mengantuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan anemia
Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit hemofilia
3) Pemeriksaan fisik
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
a) Aktivitas / istirahat
- Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
- Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b) Sirkulasi
- Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
- Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c) Integritas ego
- Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
- Tanda : depresi.
d) Eleminasi
- Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
- Tanda : distensi abdomen.
e) Makanan/cairan
- Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
- Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
f) Neurosensori
- Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
- Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g) Nyeri/kenyamanan
- Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h) Pernapasan
- Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
- Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i) Keamanan
- Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
- Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
j) Seksualitas
- Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
- Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
1. Klien mengatakan telah mengalami anemia yang cukup lama, tetapi belum diketahui jenis anemia yang dialami.
2. Klien mengeluh keletihan dan kelemahan
3. Klien mengeluh nadi nya cepat (sedang)
4. Klien mengeluh napas nya pendek pada istirahat dan aktivitas.
5. Klien mengatakan saat menstruasi terasa pusing
6. Klien mengatakan menstruasi (berat)
7. Klien mengeuh nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
8. Klien mengeluh mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
9. Klien mengeluh keluar feses dengan darah segar,
10. Klien mengeluh diare atau konstipasi.
11. Klien mengatakan sakit kepala dan berdenyut
12. Klien mengatakan ketidak mampuan berkonsentrasi
13. Klien mengeluh susah tidur, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
14. Klien mengatakan demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
15. Klien mengatakan perubahan aliran menstruasi
|
1. TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
2. Klien terlihat pucat
3. Pada klien ditemukan kuku pucat dan kapillary refill : 3 detik
4. Pada pasien ditemukan ceepat dan dangkal
5. Klien terlihat sesak napas pada waktu bekerja atau istirahat
6. Pada klien ditemukan takipnea, ortopnea, dan dispnea.
7. Klien terlihat lemah dan penurunan kekuatan
8. Klien terlihat pucat pada kulit dan membran mukosa
9. Kulit klien terlihat seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
10. Mata klien tampak sklera : biru atau putih seperti mutiara
11. Kuku klien mudah patah, dan berbentuk seperti sendok (koilonikia)
12. Kondisi rambut klien kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature
13. Ditemukan lidah tampak merah daging/halus
14. Klien tampak lebih kurus, terjadi penurunan berat badan
15. Turgor kulit klien buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
16. Klien terlihat gelisah dan depresi
17. Klien tak mampu berespons
18. Pada pemeriksaan laboratorium : Hb : 7 – 10 g/dl
Kadar porfirin eritrosit bebas : meningkat
Konsentrasi besi serum : menurun
Saturasi transferin : menurun
Konsentrasi feritin serum : menurun
|
2. ANALISA DATA
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS :
Klien mengeluh nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
Klien mengeluh mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Klien mengeluh diare atau konstipasi.
DO :
Ditemukan lidah tampak merah daging/halus
Klien tampak lebih kurus, terjadi penurunan berat badan
BB : 38 kg
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
|
DS :
Klien mengeluh keletihan dan kelemahan
Klien mengatakan sakit kepala dan berdenyut
Klien mengeluh penurunan semangat untuk bekerja
Klien mengatakan kebutuhan tidur dan istirahat nya lebih banyak.
DO:
Klien tak mampu berespons
Klien peka rangsang, gelisah, dan saat depresi cenderung tidur
dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Klien terlihat menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Klien juga terlihat lemah dan penurunan kekuatan.
Tubuh klien terlihat tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, dan berjalan lambat
|
Intoleransi aktivitas
|
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
|
DS :
Klien mengeluh keletihan dan kelemahan
DO:
TTV =
Nadi : 130 x / menit
Napas : 30 x /menit
Suhu : 40oC
TD : 80/50 mmHg
Pada klien ditemukan kuku pucat dan kapillary refill : 3 detik
Klien terlihat pucat pada kulit dan membrane mukosa
Pada kulit klien terlihat seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Pada mata klien sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Kuku klien mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Pada pemeriksaan laboratorium : Hb : 7 – 10 g/dl
|
Perubahan perfusi jaringan
|
Penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
|
DS :
Klien mengeluh kulit nya kering dan agak kisut
DO:
Turgor kulit klien buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
|
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
|
Perubahan sirkulasi dan neurologist.
|
DS :
Klien mengeluh buang – buang air besar
Klien mengatakan bolak balik kamar mandi
DO :
Klien terlihat lemas
Klien terlihat keringat dingin
Terjadi penurunan BB : 38 kg
|
Konstipasi atau Diare
|
Penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
|
DS :
Klien mengatakan telah mengalami anemia yang cukup lama, tetapi belum diketahui jenis anemia yang dialami.
DO :
Klien terlihat gelisah dan depresi
|
Kurang pengetahuan
|
Kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
|
3. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan anemia adalah sebagai berikut :
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
Klien mengeluh mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Klien mengeluh diare atau konstipasi.
DO :
Ditemukan lidah tampak merah daging/halus
Klien tampak lebih kurus, terjadi penurunan berat badan
BB : 38 kg
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh keletihan dan kelemahan
Klien mengatakan sakit kepala dan berdenyut
Klien mengeluh penurunan semangat untuk bekerja
Klien mengatakan kebutuhan tidur dan istirahat nya lebih banyak.
DO:
Klien tak mampu berespons
Klien peka rangsang, gelisah, dan saat depresi cenderung tidur
Klien terlihat sesak pada waktu bekerja atau istirahat.
Klien terlihat menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Klien juga terlihat lemah dan penurunan kekuatan.
Tubuh klien terlihat tidak tegak, bahu menurun, postur lunglai, dan berjalan lambat
3) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh keletihan dan kelemahan
DO:
TTV =
Nadi : 130 x / menit
Napas : 30 x /menit
Suhu : 40oC
TD : 80/50 mmHg
Pada klien ditemukan kuku pucat dan kapillary refill : 3 detik
Klien terlihat pucat pada kulit dan membrane mukosa
Pada kulit klien terlihat seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Pada mata klien sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Kuku klien mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Pada pemeriksaan laboratorium : Hb : 7 – 10 g/dl
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh kulit nya kering dan agak kisut
DO:
Turgor kulit klien buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
5) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh buang – buang air besar
Klien mengatakan bolak balik kamar mandi
DO :
Klien terlihat lemas
Klien terlihat keringat dingin
Terjadi penurunan BB : 38 kg
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan telah mengalami anemia yang cukup lama, tetapi belum diketahui jenis anemia yang dialami.
DO :
Klien terlihat gelisah dan depresi
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Klien tidak mengeluh nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
Klien tidak mengeluh mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Klien tidak mengeluh diare atau konstipasi.
Sudah tidak terlihat lidah merah daging/halus
Klien terjadi peningkatan berat badan
Mandiri
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional: Mengawasi masukan kalori atau kualitas konsumsi makanan.
c. Timbang BB tiap hari.
Rasional: Mengawasi penurunan BB atau efektifitas, intervensi nutrisi.
d. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan makan diantara waktu makan.
Rasional: Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
f. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus atau gejala lain yang berhubungan.
Rasional: Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia pada organ)
Kolaborasi
a. Konsul pada ahli gizi.
Rasional: Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhhi kebutuhan individuual
b. Pantau pemeriksaan laboratorium misalnya Hb, Ht, Albumin, Protein, B12, Asam Folat.
Rasional: Meningkatkan efektifitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
c. Berikan obat sesuai indikasi: Vitamin dan suplemen mineral misalnya Sianokobalamin (vitamin B12), Asam folat asam askorbat, besi dekstran (IM/IV), tambahan besi oral misalnya ferol sulfat, ferol glikonat.
Rasional: Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria Hasil :
DS :
Klien mengatakan lebih segar
Klien tidak mengatakan sakit kepala dan berdenyut
Klien tidak mengeluh penurunan semangat untuk bekerja
Klien tidak mengatakan kebutuhan tidur dan istirahat nya lebih banyak.
DO:
Klien mampu berespons
Klien tidak gelisah
Klien terlihat sesak pada waktu bekerja atau istirahat.
Klien terlihat menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Tubuh klien terlihat tegak, bahu menurun, dan berjalan normal
Mandiri
a. Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
b. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
c. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
d. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
e. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
3) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil :
DS :
Klien mengatakan lebih segar
DO:
TTV =
Nadi : 80 - 100 x / menit
Napas : 24 x /menit
Suhu : 37oC
TD : 120/80 mmHg
Pada klien ditemukan kuku pucat dan kapillary refill : 3 detik
Klien terlihat pucat pada kulit dan membrane mukosa
Pada kulit klien terlihat seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Pada mata klien sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Kuku klien mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Pada pemeriksaan laboratorium : Hb : 7 – 10 g/dl
Mandiri
a. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
c. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
d. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
e. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
Kolaborasi
a. Pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
b. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : Dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil :
DS :
Klien mengatakan kulit nya sudah seperti biasa (lembab)
DO:
Turgor kulit klien baik, lembab, sudah kembali elastis
Mandiri
a. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
b. Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
c. Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.
d. Bantu untuk latihan rentang gerak.
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
Kolaborasi
a. Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi.
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.
5) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil :
DS :
Klien sudah tidak mengeluh buang – buang air besar
DO :
Klien terlihat lebih segar
Terjadi peningkatan BB : 40 kg
Mandiri
a. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
b. Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
c. Awasi intake dan output (makanan dan cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
d. Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
e. Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
f. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
g. Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
Kolaborasi
a. Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan.
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
b. Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil.
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
6) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil :
Pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
Mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Klien sudah mengetahui jenis anemia yang dialami
Klien tmpak lebih tenang
Mandiri
a. Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
b. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
c. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
d. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
e. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
f. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
|
No.DX
|
Implementasi dan Hasil
|
Paraf
|
1
|
1. Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
2. Mengobservasi dan catat masukkan makanan pasien.
3. Menimbang berat badan setiap hari.
4. Memberikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
5. Mengobservasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
6. Memberikan dan membantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.
7. Memberikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka
8. Kolaborasi pada ahli gizi untuk merencanakan diet.
9. Memantau hasil pemeriksaan laboraturium.
10. Memberikan obat sesuai indikasi.
| ||
2
|
1. Mengkaji kemampuan ADL pasien.
2. Mengkaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
4. Memberikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
5. Menggunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
| ||
3
|
1. Mengawasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
2. Meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
3. Mengawasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
4. Mencari penybeb keluhan nyeri dada/palpitasi
5. Menghindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas.
6. Mengukur suhu air mandi dengan thermometer.
7. Mengawasi hasil pemeriksaan laboraturium.
8. Memberikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi
9. Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
| ||
4
|
1. Mengkaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.
2. Mereposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur
3. Menganjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
4. Membantu untuk latihan rentang gerak
5. Menggunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi
| ||
5
|
1. Mengobservasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
2. Melakukan auskultasi bunyi usus
3. Mengwasi intake dan output (makanan dan cairan).
4. Memasukkan cairan 2500-3000 ml/hari
5. Menghindari makanan yang membentuk gas
6. Mengkaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
7. Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk
8. Memberikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)
9. Memberikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
| ||
6
|
1. Memberikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia
2. Meninjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
3. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
4. Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang
5. Menganjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya
6. Meminta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
|
6. EVALUASI
Hari / Tanggal
|
No. DX
|
Evaluasi
|
Paraf
|
1
|
S: Klien mengatakan sudah tidak nyeri mulut atau lidah, klien sudah tidak kesulitan menelan, klien sudah tidak mengeluh mual/muntah, dyspepsia, klien terlihat nafsu makan, klien sudah tidak mengeluh diare atau konstipasi.
O: Bb= 40kg
A: Masalah kebutuhan nutrisi sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
| ||
2
|
S: Klien mengatakan tidak letih dan lemah, klien mengatakan tidak sakit kepala dan berdenyut
O: Klien mampu berespon dengan baik, TTV: TD= 110/80 mmHg, RR= 24 x/mnt
A: Masalah intoleransi aktivitas teratasi
P: Intervensi dihentikan
| ||
3
|
S: Klien mengatakan tidak lemas dan letih
O: Kuku tidak terlihat pucat. Capillary refill : 1 detik
A: Masalah perubahan perfusi jaringan teratasi
P: Intervensi dihentikan
| ||
4
|
S: Klien mengatakan kulitnya tidak kering dan elastis lagi
O:Turgor kulit klien terlihat baik, tidak kering, tidak tampak kisut/hilang elastisitas lagi
A: Masalah risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit teratasi
P: Intervensi dihentikan
| ||
5
|
S: Klien mengatakan tidak mengeluh sakit perut dan BAB normal.
O: Bb= 40 kg
A: Masalah konstipasi dan diare teratasi
P: Intervensi dihentikan
| ||
6
|
S: Klien mengatakan sudah mengetahui jenis anemia yang dialami, klien mengatakan sudah mampu mengingat dengan baik.
O: Klien terlihat mampu mengingat dengan baik
A: Masalah kurang pengetahuan klien sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
|
BAB III
PENUTUP
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999). Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat di sebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah. (Guyton,1997). Macam-macam atau klasifikasi dari anemia berdasarkan etiolognya yaitu: anemia pasca pendarahan (kehilangan darah mendadak, kehilangan darah menahun), anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik (defisiensi asam folat dan B12), anemia hemolitik dan anemia aplastik
DAFTAR PUSTAKA
Wiwik. H., & Haribowo, A. S (2008) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sitem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Harrison (1999) Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Editor Edisi Bahasa Indonesia : Asdie, A. H. Jakarta : EGC.
Hidayat, A, A, A. ( 2008 ) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Medika