ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF
ASUHANA KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
VERTIGO
RUANG 306
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf & Asuhan Keperawatan
Pasien Dengan Vertigo” tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata
kuliah neurobehavior. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang
membantu pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf
apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Depok, November 2012
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari
kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu
akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami
vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan
begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat
merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang
klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti
terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan
orientasi.
Oleh karena itu, pembelajaran
mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat penting dan perlu.
Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan
keperawatan yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat
berkurang dan masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa
mengantisipati akan hal tersebut.
2. TUJUAN
Tujuan
umum :
Tujuan dalam
pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam
mempelajari tentang anemia dan asuhan keperawatan Leukemia Akut.
Tujuan
khusus :
1. Mengetahui pengertian dari Vertigo
2. Menngetahui penyebab dari Vertigo
3. Mengetahui tanda dan gejala dari Vertigo
4. Mengetahui klasifikasi dari Vertigo
5. Mengetahui komplikasi dari Vertigo
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Vertigo
7. Mengetahui penatalaksanaan medis dari Vertigo
8. Mempelajari asuhan keperawatan Vertigo
3. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian Vertigo?
2) Apa saja penyebab Vertigo?
3) Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada
pasien Vertigo?
4) Apa saja komplikasi dari Vertigo?
5) Apa saja penatalaksanaan medis dari Vertigo?
6) Apa saja pemeriksaan penunjang dari Vertigo?
7) Bagaimana proses perjalanan penyakit Vertigo?
8) Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada
pasien Vertigo?
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SYARAF & VERTIGO
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SYARAF
Sistem saraf adalah serangkaian
organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiriterutama dari jaringan
saraf.Sistem persarafan merupakan salah satu organ yang berfungsi
untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi
kegiatan tubuh.
Fungsi sistem saraf yaitu:
1. Mendeteksi perubahan dan merasakan sensasi
2. Menghantarkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lain
3. Mengolah informasi sehingga dapat digunakan segera atau menyimpannya untuk
masamendatang sehingga menjadi jelas artinya pada pikiran.
Sistem saraf dibedakan atas 2 divisi anatomi yaitu:
1. Sistem saraf pusat (sentral),
terbagi atas:
a. Otak
b. Sumsum tulang belakang(medula
spinalis)
2. Sistem saraf perifer (tepi)
terdiri atas:
a. Divisi Aferen, membawa informasi ke
SSP (memberitahu SSP mengenai lingkunganeksternal dan aktivitas-aktivitas
internal yg diatur oleh SSP
b. Divisi Eferen, informasi dari SSP
disalurkan melalui divisi eferen ke organ efektor (otot ataukelenjar yg
melaksanakan perintah untuk menimbulkan efek yg diinginkan), terbagi
atas:-Sistem saraf somatik, yg terdiri dari serat-serat neuron motorik yg
mempersarafi otot-ototrangka-Sistem saraf otonom, yg mempersarafi otot polos,
otot jantung dan kelenjar, terbagi atas:
· Sistem saraf simpatis
· Sistem saraf Parasimpatis
Neuron (sel Saraf)
· Sistem saraf manusia mengandung
lebih dari 10 saraf atau neuron
· Neuron merupakan unit structural dan
fungsional sistem saraf.
· Sel saraf terdiri badan sel yang
didalamnya memiliki inti sel, nukleus, mitokondria, retikulum endoplasma, badan
golgi, diluarnya banyak terdapat dendrit, kemudian bagian yang menjulur
yang menempel pada badan sel yang di sebut akson
· Dendrit menyediakan daerah yg luas
untuk hubungan dengan neuron lainnya. Dendritadalah serabut aferen karena
menerima sinyal dari neuron-neuron lain danmeneruskannya ke badan sel.
· Pada akson terdapat selubung mielin,nodus
ranvier,inti sel Schwan,butiran neurotransmiter
· Akson dengan cabang-cabangnya
(kolateral), adalah serabut eferen karena membawasinyal ke saraf-saraf otot dan
sel-sel kelenjar. Akson akan berakhir pada terminal saraf yg berisi
vesikel-vesikel yg mengandung neurotransmitter. Terminal inilah yg
berhubungandengan badan sel, dendrit atau akson neuron berikutya.
Sel saraf menurut bentuk dan fungsinya terbagi atas:
1.
Sel saraf sensoris (neuron aferen)
Bentuknya berbeda dari neuron aferen dan interneuron,
di ujung perifernya terdapat reseptor sensorik yang
menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap rangsangan spesifik. Sel
saraf ini menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem saraf pusat,
dendritnya berhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan
ujung aksonnya berhubungan dengansel saraf asosiasi.
Klasifikasi reseptor sensoris menurut jenis
stimulusnya yaitu:
· Mekanoreseptor mendeteksi stimulus
mekanis seperti nyeri,suara,raba
· Termoreseptor mendeteksi perubahan
temperatur seperti panas dan dingin
· Nosiseptor mendeteksi
kerusakan jaringan baik fisik maupun mekanik seperi nyeri
· Elektromaknetik reseptor mendeteksi
cahaya yang masuk ke mata seperti warna,cahaya
· Khemoreseptor mendeteksi pengecapan,
penciuman, kadar O2 dan CO2
2. Sel saraf
motoris
Sel saraf ini mengirim impuls dari sistem saraf pusat
ke otot/skelet yang hasilnya berupatanggapan terhadap rangsangan. Badan sel
saraf berada di sistem saraf pusat dan dendritnya berhubungan dengan akson
sel saraf asosiasi dan aksonnya berhubungan dengan efektor(bagianmotoris yang
menghantarkan sinyal ke otot/skelet). Aktivitas sistem motoris tergantung dari
aktivitas neuron motoris pada medula spinalis. Inputyang masuk ke neuron
motorik menyebabkan 3 kegiatan dasar motorik yaitu:
· Aktivitas volunter( di bawah
kemauan)
· Penyesuaian posisi untuk suatu
gerakan tubuh yang stabil
· Koordinasi kerja dari berbagai otot
untuk membuat gerakan yang tepat dan mulus.
3. Sel saraf
intermedit/Asosiasi (Interneuron)
Ditemukan seluruhnya dalam SSP. Neuron ini
menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke
interneuron lainnya. Beberapa interneuron dalam otak terkaitdengan fungsi
berfikir, belajar dan mengingatSel saraf ini terbagi 2 yaitu:
· Sel saraf ajustor yaitu
menghubungkan sel saraf sensoris dan motoris
· Sel saraf konektor yaitu untuk
menghubungkan neuron yang satu dengan neuron yanglainnya.
Sel Neuroglial
Biasa disebut glia yg merupaka sel penunjang tambahan
pada SSP yg berfungsi sebagai jaringanikatSel
glial dapat mengalami mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggungjawab
atasterjadinya tumor system saraf.
IMPULS SARAF
Terjadinya impuls listrik pada saraf sama dengan
impuls listrik yg dibangkitkan dalam serabut otot.
Sebuah neuron yg tdk membawa impuls dikatakan dalam
keadaan polarisasi,
dimana ion Na+ lebih banyak diluar sel dan ion K+ dan ion negative lain lebih
banyak dalam selSuatu rangsangan (ex: neurotransmiter) membuat membrane lebih
permeable terhadap ion Na+ yang akan masuk ke dalam sel, keadaan ini
menyebabkan depolarisasi dimana
sisi luar akan bermuatan negative dan sisi dalam bermuatan positif. Segera
setelah depolarisasi terjadi, membrane neuron menjadi lbih permeable terhadap
ion K+, yg akan segera keluar dari sel. Keadaan ini memperbaiki muatan positif
diluar sel dan muatannegatif di dalam sel, yg disebut repolarisasi. Kemudian pompa
atrium dan kalium mengmbalikan Na+ keluar dan ion K+ ke dalam, dan neuron
sekarang siap merespon stimulus lain dan mengahantarkan impuls lain. Sebuah
potensial aksi dalam merespon stimulus berlangsung sangat cepat dan dapat di
ukur dalam hitungan milidetik.
Sebuah neuron tunggal mampu meghantarkan ratusan
impuls setiap detik.
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke
efektor akan menyebabkanterjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi
karena disengaja atau disadari.Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan
melalui jalan yang panjang.
b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau
tidak disadari. Impuls yangmenyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan
yang sangat singkat dan tidak melewatiotak. Bagannya sebagai berikut.
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:
· Terangkatnya kaki jika terinjak
sesuatu
· Gerakan menutup kelopak mata dengan
cepat jika ada benda asing yang masuk ke mata
· Menutup hidung pada waktu mencium
bau yang sangat busuk
· Gerakan tangan menangkap benda yang
tiba-tiba terjatuh
· Gerakan tangan melepaskan benda yang
bersuhu tinggi
SISTEM SARAF PUSAT OTAK
Merupakan alat tubuhyang sangat vital karena pusat
pengatur untuk seluruh alat tubuh, terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium)
yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terdiri dari 3 bagian
besar yaitu:
1. Otak Besar (serebrum)
Merupakan
bagian terluas dan terbesar dari otak, bentuk telur dan mengisi penuh bagian
atasrongga tengkorak. Adapun fungsi serebrum yaitu untuk pusat pengaturan semua
aktivitas mentalyaitu berkenaan dengan kepandaian (Intelegensi), ingatan
(memori), kesadaran, pusat menangis, keinginan buang air besar maupun kecil.
Terdiri
dari:
· Lobus frontalis (depan), sebagai
area motorik yg membangkitkan impuls untuk pergerakan volunteer. Area motorik
kiri mengatur pergeakan sisi kanan tubuh dan sebalikya
· Lobus oksipital (belakang), untuk
pusat penglihatan
· Lobus temporal (samping) untuk pusat
pendengaran
· Lobus parietal (tengah) untuk pusat
pengatur kulit dan otot terhadap panas, dingin,sentuhan,tekanan.Antara bagian
tengah dan belakang merupakan pusat perkembangan kecerdasan, ingatan, kemauan
dan sikap
2. Batang otak (Truncus serebri)
Terdiri dari:
a. Diensephalon
Merupakan
bagian batang otak paling atas, terdapat di antara serebrum dan mesensephalon,
Adapun fungsinya yaitu:
· Vasokonstriksi yaitu mengecilkan
pembuluh darah
· Respiratori
· Mengontrol kegiatan refleks
· Membantu pekerjaan jantung.
b. Mesensephalon (Otak tengah)
Terletak
diantara pons dan Diensephalon. Di depan otak tengah ada talamus dan
hipotalamus, fungsinya:
· Menjaga tetap tegak dan
mempertahankan keseimbangan
· Membantu pigmen mata dan mengangkat
kelopak mata
· Memutar mata dan pusat pergerakan
mata
c. Pons varoli
Terletak
antara Medula oblongata dan mesensephalon, adapun fungsinya:
· Penghubung antara serebrum dan
medula oblongata
· Pencernaan Pusat saraf N.
Trigeminus, N. Optalmicus, N. Maxillaris dan N. Mandibularis
d. Medula oblongata
Merupakan
bagian otak paling bawah, menghubungkan pons varoli dengan medulaspinalis,
Adapun fungsinya yaitu:
· Mengontrol kerja jantung
· Vasokonstriksi
· Pusat pernafasan
· Mengontrol kegiatan refleks
3. Otak kecil (Serebelum)
Terletak di
bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan cerebrum,diatas
medulaoblangata, Adapun fungsinya yaitu :
· Pusat keseimbangan
· Mengkoordinasi dan mengendalikan
ketepatan gerakan otot dgn baik
· Menghantarkan impuls dari otot-otot
bagian kiri dan kanan tubuh
Talamus
Pusat
pengatur sensoris untuk serabut aferen dari medula spinalis ke serebrum
Hipotalamus
· Berperan penting dalam pengendalian
aktivitas SSO yg melakukan fungsi vegetative penting untuk kehidupan
seperti pengaturan frekuensi jantung, TD, Suhu tubuh, keseimbangan air, selera
makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual
· Sebagai pusat otak untuk emosi
seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan kemarahan.
· Memproduksi hormone yg mengatur
pelepasan atau inhibisi hormion kelenjar hipofisis,sehingga mempengaruhi
keseluruhan system endokrin.
SUMSUM TULANG BELAKANG (Medulla Spinalis)
Merupakan bagian SSP yang terletak di dalam canalis cervikalis
bersama ganglion radix posyang terdapat pada setiap toramen intervertebralis
terletak berpasangan kiri dan kananFungsi sumsum tulang belakang adalah:
a. Penghubung impuls dari dan ke otak
b. Memungkinkan jalan terpendek pada
gerak refleks
c. Organ ini mengurus persyarafan
tubuh,anggota badan dan bagian kepala
Cairan serebrospinal
· Terdapat pd ruang subaraknoid yang
mengisi ventrikel dalam otak yang terletak antara araknoid dan piameter
· Lapisan pelindung otak (piameter,
araknoid dan durameter)
· Menyerupai plasma dan cairan
interstisial tp tdk mengandung protein. Yang fungsinya sebagai bantalan untuk
jaringan lunak otak dan medulla spinalis. Sebagai media pertukaran nutrient dan
zat buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis.
SISTEM SARAF TEPI (Perifer)
Sistem saraf perifer mempunyai 2 subdivisi fungsional
utama yaitu sistem somatik danotonom.Eferen somatik dipengaruhi oleh kesadaran
yang mengatur fungsi-fungsi seperti kontraksi otot untuk memindahkan suatu
benda, sedangkan sistem otonom tidak dipengaruhi oleh kesadaran dalam mengatur
kebutuhan tubuh sehari-hari, sistem saraf otonom terutama terdiri atassaraf
motorik visera (eferen) yang menginversi otot polos organ visera, otot jantung,
pembuluh darah dan kelenjar eksokrin. Sistem saraf tepi terdiri dari 12
pasang saraf serabut otak ( saraf cranial ) yang terdiri dari 3 pasang saraf
sensorik, 5 pasangsaraf motorik dan 4 pasang saraf gabungan. 31 pasang saraf
sumsum tulang belakang ( saraf spinal ) yang terdiri dari 8 pasang saraf leher,
12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul
dan 1 pasang saraf ekor.
SISTEM SARAF TAK SADAR ( OTONOM )
Sistem saraf otonom bersama-sama dengan sistem
endokrin mengkoordinasi pengaturan dan integrasi fungsi-fungsi tubuh. Sistem
saraf mengirimkan sinyal pada jaringan targetnya melalui transmisi impuls
listrik secaracepat melalui serabut-serabut saraf yang berakhir pada organ
efektor dan efek khusus akan timbul sebagai akibat pelepasan substansi
neuromediator (Neurotransmiter). Neurotransmitor adalah suatu penandaan kimiawi
antar sel yang berfungsi sebagai komunikasiantar sel saraf dan antara sel saraf
dengan organ efektor. Neurotransmiter adalah senyawa yang disintesa, disimpan
dalam saraf tempat dia bekerja, sekresinya bergantung pada adanya ionkalsium
dan diatur melalui fosforilasi protein sinapsis. Menyebar secara cepat
sepanjang celah sinaps antara ujung neuron dan berikatan dengan reseptor
spesifik pada sel target (pasca sinaps). Adapun jenis-jenis neurotransmiter
yaitu:
1. AcetylcolinBersifat inhibisi melalui
susunan saraf parasimpatis
2. Norepinefrin dan epinefrinBersifat
inhibisi melalui susunan saraf simpatis
3. Dopamin terdapat di ganglia otonom
dan bagian otak seperti substansi nigra, dopamin menyebabkan vasodilatasi,
relaksasi saluran cerna, meningkatkan sekresi kelenjar ludah (salivas) dan
sekresiinsulin.
4. SerotoninTerdapat di saluran
cerna,di ssp yaitu di medula spinalis dan hipotalamus, fungsinya menghambat
impuls nyeri dan mengatur perasaan seseorang.
5. Asam gamma aminobutirat (GABA)
bersifat inhibisi pada otak, medulla spinalis dan retina, berperan dalam
mekanisme kerja obat hipnotif-sedatif dan psikotropik pada penyakit epilepsi
6. Histamin
7. Prostaglandin
8. Asam glutamate
SSO memiliki 2 devisi yaitu sistem simpatis dan sistem parasimpatis.
1. Saraf simpatis berasal dari area
toraks dan lumbal pada medula spinalis, memiliki neurotransmiter
norefinefrin/Adrenalin sehingga disebut juga saraf adrenergik, fungsinya
mempertahankan derajat keaktifan (menjaga tonus vaskuler), memberi respon pada
situasi stres seperti trauma, ketakutan, hipoglikemi, kediginanan,
latihan.
2. Saraf parasimpatis berasal dari area
otak dan sakral pada medula spinalis, neurotransmiternya yaitu asetilkolin
sehingga disebut juga saraf kolinergik, fungsinya menjaga fungsi tubuh esensial
seperti proses dan pengurangan zat-zat sisa.
DAFTAR ISTILAH
· Neuron : Sel saraf mengandung
prosesus yang sangat banyak yang disebut serabut saraf
· Saraf: kumpulan prosesus sel
saraf(serabut) yang terletak di luar SSP
· Ganglion: kumpulan badan sel neuron
yang terletak di bagian luar SSP dalam saraf perifer
· Akson: Suatu prosesus tunggal,lebih
tipis dan panjang dari dendrit
· Dendrit: Perpanjangan sitoplasma
yang biasanya berganda dan pendek,serta berfungsiuntuk menghantar impuls ke sel
tubuh
· Aferen: Neuron yang membawa
informasi dari perifer ke SSP
· Eferen: Neuron yang membawa sinyal
dari otak dan medula spinalis ke jaringan tepi
· Neurotransmiter: Substansi kimia
khusus yang sebagai penghubung komunikasi antar sel saraf dan antara sel
saraf dengan efektor
· Sinaps: Penghubung tempat
berlangsungnya pemindahan impuls dari ujung akson suatuneuron ke neuron lain
/ke otot/ kelenjar
· Potensial aksi: depolarisasi yg
diikuti oleh repolarisasi
II. VERTIGO
A. Pengertian
Perkataan
vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian
vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat
gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari
satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri
dari gejala somatic (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin,mual,
muntah) dan pusing.
Vertigo
adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita sekitarnya
atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau
bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan
muntah-muntah, bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran.
Sering kali disertai gejala-gejala penyakit telinga lainnya.
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik ( propioseptik).
Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo,
penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak
terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003)
B. Etiologi
1) Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
a. Telinga bagian luar : serumen, benda
asing.
b. Telinga bagian tengah: retraksi
membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi,
labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
c. Telinga bagian dalam: labirintitis
akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus
Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.
d. Nervus VIII. : infeksi, trauma,
tumor.
e. Inti Vestibularis: infeksi, trauma,
perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis
multipleks.
2) Penyakit Sistem Saraf Pusat
a. Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi
kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium
paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop,
hipotensi ortostatik, blok jantung.\
b. Infeksi : meningitis, ensefalitis,
abses, lues.
c. Trauma kepala/ labirin.
d. Tumor.
e. Migren.
f. Epilepsi
3) Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi,
hipoparatiroid, tumor medulla adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
4) Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom
hiperventilasi, fobia.
5) Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
6) Intoksikasi.
C. Patofisiologi
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya
sindrom vertigo:
Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
- Reseptor mekanis divestibulum
- Resptor cahaya diretina
- Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke
pusat keseimbangan di otak:
- Saraf vestibularis
- Saraf optikus
- Saraf spinovestibulosrebelaris.
Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: intivestibularis, serebelum, kortex
serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis
Dalam kondisi fisiologi/normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dariresptor vestibular, visual dan propioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses
lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa
penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di
samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak
berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan
gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot
menjadi tidak adekvat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
D. Manifestasi Klinik
- Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di
batang otak misalnya diplopia, paratesia, perubahan
serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan
koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari
pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan
terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo
perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal.
Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler
berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum)
yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak,
tumor difossa posterior, migren basiler.
- Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa
detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling
sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigoberlangsung
beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah
trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular
prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita
biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam
berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan
dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh
jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi
bukti bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular perifer.
Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat kelompok
serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat
kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian
terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan
timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibriu (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo.
Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang
serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis
pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering
dijumpai pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang
menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas
sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
E. Klasifikasi
Berdasarkan
gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal
Yaitu
vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari,
kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat
muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo
jenis ini dibedakan menjadi :
o Yang disertai keluhan telinga :
Termasuk kelompok ini adalah :
Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom
Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
o Yang tanpa disertai keluhan telinga
:
Termasuk di sini adalah : Serangan
iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo
pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
o Yang timbulnya dipengaruhi oleh
perubahan posisi :
Termasuk di sini adalah : Vertigo
posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo kronis
Yaitu vertigo
yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004:
47) serangan akut, dibedakan menjadi:
o Yang disertai keluhan telinga :
Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi
labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
o Tanpa keluhan telinga : Kontusio
serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi,
hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan
psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
3. Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
Vertigo yang
serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan
menjadi :
o Disertai keluhan telinga : Trauma
labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis
n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.
o Tanpa keluhan telinga : Neuronitis
vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis,
vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli
inferior posterior.
Ada pula
yang membagi vertigo menjadi :
1) Vertigo Vestibuler: akibat kelainan
sistem vestibuler.
2) Vertigo Non Vestibuler: akibat
kelainan sistem somatosensorik dan visual.
F. Komplikasi
Komplikasi
penyakit vertigo ini biasanya adalah penyakit meniere, trauma telinga dan
labirimitis, epidemic atau akibat otitis media kronika. Vertigo juga dapat
disebabkan karena penyakit pada saraf akustikus serebelum atau sistem
kardiovaskuler.
G. Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan fisik :
- Pemeriksaan mata
- Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
- Pemeriksaan neurologic
- Pemeriksaan otologik
- Pemeriksaan fisik umum.
(2) Pemeriksaan khusus :
- ENG
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG)
menunjukkan penyembuhan total pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar
penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat
pula vertigo posisional benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual
yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dannigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita
suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere,
vertigo pasca trauma
- Audiometri dan BAEP
Audiometri adalah pemeriksaan yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis
gangguannya bila ada. Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat audiogram nada
murni di dalam ruang kedap suara.
Prinsip pemeriksaannya adalah
bermacam-macam frekuensi dan intensitas suara (dB) ditransfer melalui headset atau bone
conducter ke telinga atau mastoid dan batasan intensitas suara (dB)
pasien yang tidak dapat didengar lagi dicatat, melalui program computer atau
diplot secara manual pada kertas grafik.
- Psikiatrik
(3) Pemeriksaan tambahan :
- Laboratorium
- Radiologik dan Imaging
- EEG
Elektro Ensefalo Grafi (EEG) adalah
suatu alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktifitas listrik di otak,
termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Neuron-neuron di korteks
otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan voltase yang sangat kecil
(mV), yang kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk diamplifikasi sehingga
terekamlah elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk dapat ditangkap oleh
mata pembaca EEG sebagai gelombang delta,alpha, beta, theta, gamma
dsb. Mendapatkan rekaman EEG yang baik dan benar adalah salah satu dari
tujuan utama dari pemeriksaan EEG selain interpretasi yang benar. EEG adalah
alat untuk menunjang tegaknya diagnosa, selama kita dapat memperoleh rekaman
yang baik dan benar. Rekaman yang tidak baik justru akan menyesatkan tegaknya
diagnosa.
- EMG
EMG memberi
informasi yang berharga untuk membantu diagnosis terutama pada kasus atrofi dan
distrofi otot . Pada lesi saraf perifer, EMG dapat dipakai untuk menetukan,
pada stadium yang lebih awal dibandingkan dengan cara lainnya, apakah
regenerasi terjadi dengan memuaskan.
Pemunculan
unit motor pada rekaman otot yang paralisis dapat dipakai sebagai bukti bahwa
beberapa saraf masih berfungsi dan intak (lolos dari kerusakan atau mengalami
regenerasi), meskipun kontraksi tidak tampak. EMG juga terbukti merupakan alat
yang bernilai dalam riset fungsi otot. Meskipun EMG menggambarkan
aktivitas motoneuron, ia hanya memberi gambaran yang relatif kasar terhadap
fungsinya.
- EKG.
H. Penatalaksaan Medis
Terapi
menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :
Terdiri dari
:
1) Terapi kausal
Kebanyakan kasus vertigo tidak
diketahui penyebabnya, walaupun demikian bilamana penyebab dapat ditemukan maka
terapi kausal merupakan pilihan utama.
2) Terapi simtomatik
Terapi simtomatik ditujukan pada dua
gejala utama, yaitu rasa vertigo (berputar, melayang) dan gejala otonom
(mual,muntah). Gejala tersebut timbul paling berat pada vertigo vestibular fase
akut dan biasanya akan menghilang dalam beberapa hari berkat adanya mekanisme
kompensasi sentral. Namun karena pada fase ini pasien biasanya merasa cemas dan
menderita maka perlu diberikan obat simtomatik.
Oleh karena obat-obat supresan vestibular dapat menghalangi mekanisme kompensasi sentral, maka pemberiannya secukupnya saja untuk mengurangi gejala, tujuannya agar pasien dapat segera dimobilisasi untuk melakukan latihan rehabilitasi
Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, beratnya vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat gololonga tranquilizer untuk menghilangkan rasa cemas, antiemetic di samping antivertigo lain
Oleh karena obat-obat supresan vestibular dapat menghalangi mekanisme kompensasi sentral, maka pemberiannya secukupnya saja untuk mengurangi gejala, tujuannya agar pasien dapat segera dimobilisasi untuk melakukan latihan rehabilitasi
Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, beratnya vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat gololonga tranquilizer untuk menghilangkan rasa cemas, antiemetic di samping antivertigo lain
3) Terapi rehabilitatif.
Tujuan terapi reabilitatif adalah
untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada pasien
dengan gangguan vestibular. Mekanisme kerja terapi ini adalah
melalui :
a. Subsitiusi sentral oleh system visual dan
somatosensori untuk fungsi vestibular yang terganggu
b. Mengaktifkan kendali pada tonus inti vestibular oleh serebelum, system
visual dan somatosensori
c. Menimbulkan habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap
stimulasi sensorik yang diberikan berulang-ulang.
Untuk terapi rehabilitative ini
kepada penderita vertigo diberikan latihan yang disebut latihan
vestibular :
a) Metoda Brandt-Daroff
Latihan vestibular untuk pengobatan
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Caranya : Pasien duduk
tegak di tepi tempat tidur dengan kaki tergantung. Lalu tutup kedua mata dan
berbaring dengan cepat pada salah satu sisi tubuh selama 30 detik, kemudian
duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan tubuh ke sisi lain dengan cara
yang sama, tunggu selama 30 detik, setelah itu duduk tegak kembali.
Lakukan latihan ini 5 kali pada pagi
hari, dan 5 kali pada malam hari sampai 2 hari berturut-turut tidak timbul
vertigo lagi
Untuk penderita gangguan vestibular
lain selain BPPV, setelah fase akut, dimana rasa mual dan muntah sudah
menghilang diberikan latihan vestibular lain, diantaranya:
b) Latihan Visual-Vestibular
(1) Pasien yang masih harus berbaring
o Melirik ke atas, bawah, samping
kiri, kanan, selanjutnya gerakan serupa sambil menatap jari yang digerakkan
pada jarak 30 cm, mula-mula gerakan lambat makin lama makin cepat.
o Gerakkan kepala fleksi dan ekstensi
makin lama makin cepat. Lalu diulang dengan mata tertutup. Setelah itu gerakkan
kepala ke kiri dan ke kanan dengan urutan yang sama,
(2) Untuk pasien yang sudah bisa duduk
o Gerakkan kepala dengna cepat ke atas
dan bawah seperti sedang mengangguk sebanyak 5 kali, lalu tunggu 10 detik atau
lebih lama sampai vertigo menghilang. Ulang latihan tersebut sebanyak 3 kali
o Gerakkan kepala menatap ke
kiri/kanan atas selama 30 detik, kembali ke posisi biasa selama 30 detik, lalu
menatap ke atas sisi lain selama 30 detik dan seterusnya. Ulangi latihan
sebanyak 3 kali
o Sambil duduk membungkuk dan
mengambil benda yang diletakkan di lantai
(3) Untuk pasien yang sudah bisa
berdiri/berjalan
· Sambil berdiri gerakkan mata, kepala
seperti pada latihan 1a, 1b, 2a, 2b
· Duduk di kursi lalu berdiri dengan
mata terbuka dan menutup
· Latihan Berjalan (Gait Exercise)
o Jalan menyeberang ruangan dengan
mata terbuka dan tertutup bergantian
o Berjalan tandem dengan mata terbuka
dan tertutup bergantian. Lalu jalan tandem dengan kepala menghadap ke atas
o Jalan turun naik pada lantai miring
atau undakan dengan mata dan tertutup bergantian.
o Jalan mengelilingi seseorang sambil
saling melempar bola dengannya
o Psysical conditioning dengan
melakukan olah raga bowling, basket, jogging, rowlin.
ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO
1. PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama
: Tn. R
Tempat,
Tanggal
Lahir
: Semarang, 12 Januari 1974
Umur
: 40 tahun
Jenis
kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Karyawan
Status
perkawinan
: Menikah
Status
pendidikan
: SLTA
2) Riwayat penyakit :
Keluhan
Utama :
Klien datang
ke RS pada tanggal 14 Desember 2012 pukul 3 sore dengan keluhan nyeri
kepala tidak hilang sejak 2 hari yang lalu
Riwayat
Penyakit Sekarang :
Riwayat
kesehatan menunjukkan klien tampak nyeri kepala, lesu, cemas
Riwayat
Penyakit Dahulu :
Klien
mengatakan pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini.
Riwayat
Kesehatan Keluarga :
Menurut
pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang
sedang di derita pasien.
3) Pemeriksaan fisik
Pengkajian pasien dengan vertigo (Doenges, 1999) meliputi :
a) Aktivitas / istirahat
Letih, lemah, malaise,
keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia, bangun pada
pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan
postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b) Sirkulasi
Riwayat hypertensi,
denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan
c) Integritas ego
Faktor-faktor stress
emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,
ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit
kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d) Makanan/cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya
misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan
berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia
(selama nyeri), penurunan berat badan
e) Neurosensori
Pening, disorientasi
(selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma,
stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir,
mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam,
papiledema.
f) Nyeri/kenyamanan
Karakteristik nyeri
tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster,
tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah,
fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak
terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang,
frigiditas vokal.
g) Keamanan
Riwayat alergi atau
reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia,
paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h) Seksualitas
Riwayat hypertensi,
migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk
kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
Klien
mengeluh nyeri kepala tidak hilang sejak 2 hari yang lalu
Klien
megelu sudah mengalaminya beberapa kali
Klien
mengeluh letih, lemah,
Klien
mengeluh mengalami keterbatasan gerak
Klien
mengatakan merasa ketegangan pada mata
Klien
mengeluh kesulitan membaca,
Keluarga
klien mengatakan bahwa pasien mengalami insomnia
Keluarga
klien mengatakan klien mudah cemas
Klien
mengatakan jika bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
Klien
mengatakan sakit kepala yang hebat saat perubahan postur
tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
Klien
mengatakan jika dia mempunyai riwayat hypertensi
Klien
mengatakan peka terhadap rangsangan selama sakit kepala
Klien
mengeluh mual/muntah, anoreksia (selama nyeri),
Klien
mengatakan dia mengalami penurunan berat badan
Klien
mengeluh pusing
Klien
mengeluh nyeri pada saat sakit kepala
Klien
mengatakan nyeri pada skala : 2
Klien
terlihat gelisah dan tidak tenang
Klien
mengeluh kesulitan saat berjalan karena adanya pusing
|
Tanda-tanda
Vital :
- Tekanan darah : 100/40 mmHg
- Nadi : 72 x / menit
- Suhu : 38oC
- Napas : 14 x / menit
Klien
terlihat letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak
Pada klien
ditemukan ketegangan pada mata
Klien
terlihat kesulitan membaca
Klien
terlihat pucat dan wajah tampak kemerahan
Klien
terlihat mengalami keputusasaan
Klien
terlihat kekhawatiran, ansietas
Klien
mengalami penurunan berat badan, BB saat ini : 38 kg
Klien
terlihat mengernyitkan dahi dan memegangi kepalanya
Klien
mengalami perubahan pada pola bicara/pola pikir
Klien
terlihat pucat
Pada klien
ditemukan kesulitan berjalan
|
3. ANALISA DATA
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS:
Klien
mengeluh nyeri kepala tidak hilang sejak 2 hari yang lalu
Klien
mengeluh letih, lemah,
Klien
mengeluh mengalami keterbatasan gerak
Klien
mengeluh nyeri pada saat sakit kepala
Klien
mengatakan nyeri pada skala : 2
DO:
Tanda-tanda
Vital :
- Tekanan darah : 100/40 mmHg
- Nadi : 72 x / menit
- Suhu : 38oC
- Napas : 14 x / menit
Klien
terlihat letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak
Klien
terlihat pucat dan wajah tampak kemerahan
Klien
terlihat kekhawatiran, ansietas
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri
|
Stress dan
ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial
|
DS :
Klien
mengeluh letih, lemah,
Klien
mengeluh mengalami keterbatasan gerak
Klien
mengatakan merasa ketegangan pada mata
Keluarga klien
mengatakan bahwa pasien mengalami insomnia
Keluarga
klien mengatakan klien mudah cemas
Klien
mengatakan dia mengalami penurunan berat badan
Klien
terlihat gelisah dan tidak tenang
Klien
mengeluh nyeri pada saat sakit kepala
DO:
Klien
mengalami perubahan pada pola bicara/pola pikir
Klien
terlihat pucat
Klien
terlihat kekhawatiran, ansietas
Klien
terlihat pucat dan wajah tampak kemerahan
Pada klien
ditemukan ketegangan pada mata
Klien
terlihat mengelami kepustusasaan dan depresi
|
Koping
individual tak efektif
|
ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja
|
DS :
Klien
megelu sudah mengalaminya beberapa kali
Klien
mengeluh mual/muntah, anoreksia (selama nyeri),
Klien
mengeluh nyeri pada saat sakit kepala
Klien
terlihat gelisah dan tidak tenang
Klien
mengatakan sudah lama mengeluh gejala seperti ini
Klien
mengeluh seperti putus asa
DO:
Tanda-tanda
Vital :
- Tekanan darah : 100/40 mmHg
- Nadi : 72 x / menit
- Suhu : 38oC
- Napas : 14 x / menit
Klien
terlihat letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak
Klien
mengalami perubahan pada pola bicara/pola pikir
Klien
terlihat pucat
Klien
terlihat mengernyitkan dahi dan memegangi kepalanya
Klien
terlihat pucat dan wajah tampak kemerahan
Klien
terlihat mengalami keputusasaan
|
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
|
keterbatasan
kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat
|
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TANGGAL DITEMUKAN
|
TANGGAL TERATASI
|
1. Gangguan rasa nyaman
nyeri b.d Stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospressor, peningkatan intracranial
2. Koping individual tak
efektif b.d ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak
adekuat, kelebihan beban kerja
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d keterbatasan
kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat
|
Selasa,
18 Desember 2012
Rabu,
19 Desember 2012
Kamis,
20 Desember 2012
|
Kamis,
20 Desember 2012
Jum’at
21 Desember 2012
Sabtu,
22 Desember 2012
|
5. INTERVENSI
NO DX
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :
1. Nyeri kepala (-)
2. Klien sudah tidak terjadi gangguan
pola tidur
3. Klien tidak pucat
4. Klien tidak gelisah
|
Mandiri :
1. Pantau tanda-tanda vital,
intensitas/skala nyeri
Rasional :
Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional :
istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
3. Atur posisi pasien senyaman
mungkin
Rasional :
posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas
dalam
Rasional :
relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
Kolaborasi :
1. Kolaborasi untuk pemberian
analgetik
Rasional :
analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.
|
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :
1. Klien tidak terjadi perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan dan depresi
2. Otot-otot daerah leher klien tidak
menegang
3. Klien tidak terjadi Penurunan
refleks tendon dalam
|
Mandiri :
1. Kaji kapasitas fisiologis yang
bersifat umum
Rasional :
Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis
tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan
2. Sarankan klien untuk
mengekspresikan perasaannya.
Rasional :
klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan
menjadi lebih tenang
3. Berikan informasi mengenai
penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan.
Rasional :
agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan
klien harapan dan semangat untuk pulih.
4. Dekati pasien dengan ramah dan
penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan
Rasional :
membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.
|
3
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :
1. klien dapat mengetahui akan
penyakit yang diderita
2. klien dapat mengikuti instruksi
|
Mandiri :
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
Rasional :
megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya
2. Berikan penjelasan pada klien
tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional :
dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya
akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
3. Diskusikan mengenai pentingnya
posisi atau letak tubuh yang normal
Rasional :
agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik.
4. Anjurkan pasien untuk selalu
memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan
Rasional :
dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit
kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat
pada saat serangan.
|
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
|
No.DX
|
Implementasi dan Hasil
|
Paraf
|
1
|
1. Memantau tanda-tanda vital,
intensitas/skala nyeri
2. Menganjurkan klien istirahat
ditempat tidur.
3. Mengatur posisi pasien senyaman
mungkin
4. Mengajarkan teknik relaksasi dan
napas dalam
5. Memberikan obat analgetik
|
||
2
|
1. Mengkaji kapasitas fisiologis yang
bersifat umum
2. Menyarankan klien untuk
mengekspresikan perasaannya.
3. Memberikan informasi mengenai
penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan.
4. Mendekati pasien dengan ramah dan
penuh perhatian, mengambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan
|
||
3
|
1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
dan keluarga tentang penyakitnya.
2. Memberikan penjelasan pada klien
tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
3. Mendiskusikan mengenai pentingnya
posisi atau letak tubuh yang normal
4. Meganjurkan pasien untuk selalu
memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang
berhubungan
|
7. EVALUASI
Hari / Tanggal
|
No. DX
|
Evaluasi
|
Paraf
|
1
|
S : klien sudah tidak merasa nyeri
O :
Nyeri
kepala (-)
Klien
sudah tidak terjadi gangguan pola tidur
Klien
tidak pucat
Klien
tidak gelisah
A : masalah gangguan rasa nyaman nyeri
sudah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
||
2
|
S : Klien tidak terjadi perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan dan depresi
O :
Otot-otot
daerah leher klien tidak menegang
Klien
tidak terjadi Penurunan refleks tendon dalam
A : masalah Koping individual tak
efektif sudah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
||
3
|
S : klien dapat megetahui akan
penyakit yang di deritanya
O :
klien
dapat mengetahui akan penyakit yang diderita
klien
dapat mengikuti instruksi
A : masalah Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan sudah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
BAB III
PENUTUP
Vertigo
adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita sekitarnya
atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau
bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan
muntah-muntah, bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran.
Sering kali disertai gejala-gejala penyakit telinga lainnya.
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik ( propioseptik).
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah.
Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran. Bandung.
0 comments:
Post a Comment