CORONARY
ARTERY BYPASS GRAFT (CABG)
RUANG 305
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas limpahan rahmat dan
berkahnya yang diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG)”. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Sistem
Kardiovaskuler II. Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini baik yang terlibat secara langsung
maupun yang tidak.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang lebih baik
lagi.
Jakarta Selatan, Oktober 2012
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Penyakit arteri koroner adalah
penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke
otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen
dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina.
Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya
adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).
Untuk
mengatasi keadaan tersebut maka salah satu cara untuk mengatasinya adalah
dengan cara melakukan operasi bypass arteri koroner yang merupakan jenis
operasi dimana darah dilewati sekitar arteri tersumbat sehingga aliran darah
dan oksigen ke jantung meningkat.
Operasi
ini juga dirujuk ke CABG (Coronary Artery Bypass Grafting). Arteri koroner
bertanggung jawab untuk membawa darah ke otot jantung. Kadang-kadang bisa
tersumbat arteri atau penyumbatan oleh plak dan bahan lemak lainnya. Ini
akhirnya memperlambat sumbatan aliran darah atau dapat menghentikan aliran
darah sepenuhnya.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum
Diharapkan setelah mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui mengenai bagaimana pemasangan dan asuhan keperawatan bypass arteri
koroner.
Tujuan Khusus
Diharapkan setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui:
1. Definisi
dari bypass arteri koroner
2. Bagaimana
pemasangan bypass arteri koroner
3. Serta
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan bypass arteri
koroner
BAB II
CORONARY
ARTERY BYPASS GRAFT (CABG)
1. Definisi
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan salah
satu penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan cara
membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan atau
penyumbatan (Feriyawati, 2005)
2. Indikasi
a.
Angina yang
tidak dapat dikontrol dengan terapi medis.
b.
Angina yang
tidak stabil
c.
Sumbatan
yang tidak dapat ditangani dengan terapi PTCA (Percutaneous Transluminal
Coronary Angioplasty).
d.
Sumbatan/
Stenosis arteri koroner kiri ≥ 70%
e.
Klien dengan
komplikasi kegagalan PTCA
f.
Pasien
dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel disease) dengan angina
stabil atau tidak stabil dan pada klien dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan
angina stabil atau tidak stabil dan lesi proksimal LAD yang berat.
3. Kontra indikasi
Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada
arteri koroner kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak,
sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya, akan
terjadi bekuan pada CABG, sehingga hasil operasi menjadi sia-sia (Muttaqin,
2009).
4. Komplikasi CABG
a.
Posperfusion
sindrom. Kerusakan sementara pada neurokognitif, namun penelitian terbaru
menunjukkan bahwa penurunan kognitif tidak disebabkan oleh CABG tetapi lebih
merupakan konsekuensi dari penyakit vaskuler
b.
Non union
pada sternum
c.
Infark
miokard akibat emboli, hipoperfusi atau kegagalan cangkok
d.
Stenosis
pada cangkokan terutama yang menggunakan vena saphena akibat aterosklerosis
sehingga menyebabkan angina atau infark miokard
e.
Gagal renal
akut akibat emboli atau hipoperfusi.
f. Stroke sekunder terhadap emboli atau
hipoperfusi
5. Prosedur pelaksanaan CABG
a. Persiapan sebelum pelaksanaan CABG.
1)
Persiapan
pasien:
a)
Informed
concern
b)
Obat-obatan
pra operasi: aspirin, nitrogliserin, nifedipin, diltiazem
c)
Pemeriksaan
laborat lengkap terutama Hb, Hematokrit, jumlah lekosit, kadar elektrolit, faal
hemotasis, foto torak,ECG terbaru serta tes fungsi paru-paru (vital
capacity)
d)
Persiapan
darah 6-10 bag sesuai golongan darah pasien
e)
Puasa malam
10-12 jam
f)
Cukur area
pembendahan
g)
Lepaskan
perhiasan, kontak lensa, mata palsu, gigi palsu (identifikasi, dan simpan yang
aman atau berikan keluraganya.
h)
Cek
benda-benda asing dalam mulut.
2)
Persiapan
alat dan bahan penunjang operasi
a)
Bahan habis
pakai (spuit, masker, jarum, benang dll)
b)
Alat
penunjang kamar operasi
c)
Linen set :
3 set
d)
Instrument
dasar : 1 set dasar bedah jantung dewasa
e)
Instrumen
tambahan : 1 set tambahan bedah jantung
f)
Intrumen AV
graft : 1 set
g)
Instrument
mikrocoroner : 1 set
h)
Instrument
kateter : 1 set
b.
Pelaksanaan
CABG
1)
Pemasangan
CVP pada vena jugularis dekstra atau vena subklavia dekstra, arteri line dan
saturasi oksigen
2)
Pasien
dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi
3)
Pasang
kateter dan kabel monitor suhu, diselipkan dibawah femur kiri pasien dan
diplester
4)
Pasang plate
diatermi di daerah pantat /pangkal femur bawah
5)
Posisi
pasien terlentang, kedua tangan disamping kiri dan kanan badan dan diikat
dengan duek kecil, dibawah punggung tepat di scapula diganjal guling
kecil.
6)
Bagian lutut
kaki diganjal guling, untuk memudahkan pengambilan graft vena
7)
Menyuntikkan
agen induksi untuk membuat pasien tidak sadar
8)
Petugas
anestesi memasang ETT memulai ventilasi mekanik.
9)
Melakukan
desinfeksi dengan betadin 10 % mulai dari batas dagu dibawah bibir kesamping
leher melewati mid aksila samping kanan kiri, kedua kaki sampai batas malleolus
ke pangkal paha (kedua kaki diangkat) kemudian daerah pubis dan kemaluan
didesinfeksi terakhir selnjutnya didesinfeksi dengan larutan hibitan 1% seperti
urutan tersebut diatas dan dikeringkan dengan kasa steril.
10) Dada dibuka
melalui jalur median sternotomi dan operator mulai memeriksa jantung
11) Pembuluh
darah yang sering digunakan untuk bypass grafting ini antara lain; arteri
thoracic internal, arteri radial, dan vena saphena. Saat dilakukan pemotongan
arteri tersebut, klien diberi heparin untuk mencegah pembekuan darah.
12) Pada operasi
“off pump”, operator menggunakan alat untuk menstabilkan jantung.
13) Pada operasi
“on Pump”, maka ahli bedah membuat kanul ke dalam jantung dan menginstruksikan
kepada petugas perfusionist untuk memulai cardiopulmonary bypass (CPB). Setelah
CPB terpasang, operator ditempat klem lintas aorta (aortic cross clamp)
diseluruh aorta dan mengintruksikan perfusionist untuk memasukkan cardioplegia
untuk menghentikan jantung.
14) Ujung setiap
pembuluh darah grefting dijahit pada arteri koronaria diluar daerah yang diblok
dan ujung alin dihubungkan pada aorta.
15) Jantung
dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump” alat stabilisator dipisahkan.
Pada beberapa kasus, aorta didukung sebagian oleh klem C-Shaped, jantung
dihidupkan kembali dan penjahitan jaringan grafting ke aorta dilakukan sembari
jantung berdenyut.
16) Protamin
diberikan untuk memberikan efek heparin
17) Sternum
dijahit bersamaan dan insisi dijahit kembali.
18) Pasien akan
dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU) untuk penyembuhan. Setelah keadaan
sadar dan stabil di ICU (sekitar 1 hari), pasien bisa dipindah ke ruang rawat
samapi pasien siap untuk pulang.
6. Jenis Arteri dan Vena Yang Di Cangkok
Arteri dan vena yang dipakai sebagai cangkok (graf)/
saluran (conduit)
Internal Mammary Artery (IMA), vena saphena, arteri radialis, arteri gastroepiploic, arteri epigastrik inferior (Sethares, 2008).
Internal Mammary Artery (IMA), vena saphena, arteri radialis, arteri gastroepiploic, arteri epigastrik inferior (Sethares, 2008).
7. Saluran sintetik
Dacron tube, polytetrafluoroethylene (PTFE) tube,
polyglycolic acid tube (Sethares, 2008).
8. Pengkajian pasien
a.
Identitas
pasien: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, pendidikan, diagnose
medis, tanggal dan jam MRS, tanggal dan jam pengkajian
b.
Keluhan
utama: nyeri dada, sesak nafas, palpitasi, pingsan
c.
Riwayat
penyakit sekarang: pasien mengeluh nyeri, sesak nafas,palpitasi, pingsan
d.
Riwayat
penyakit dahulu: kaji riwayat DM karena DM memicu aterosklerosis, menghambat
penyembuhan luka dan predisposisi infeksi. Hipertensi dan obesitas meningkatkan
beban kerja jantung. Obesitas meningkatkan resiko infeksi karena jaringan
adiposa mengandung sedikit vaskularisasi.
e.
Riwayat
penyakit keluarga: riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga seperti DM,
hipertensi, penyakit jantung koroner.
f.
Riwayat
psikologis: pasien yang akan dilakukan CABG dapat mengalami kecemasan sampai
ketakutan akan kematian.
g.
Pengkajian
dan perawatan preoperasi
1)
Status
psikologi: cemas
2)
Status
klinik: nyeri dada, ànitrogliserin
SL/ transdermal
3)
Riwayat
penyakit dahulu: kaji riwayat DM karena DM memicu aterosklerosis, menghambat
penyembuhan luka dan predisposisi infeksi. Hipertensi dan obesitas meningkatkan
beban kerja jantung. Obesitas meningkatkan resiko infeksi karena jaringan
adiposa mengandung sedikit vaskularisasi.
4)
Pemberian
antibiotic profilaksis: mencegah infeksi
5)
Tanda-tanda
vital: tekanan darah bilateral, nadi, suhu, RR
6)
Observasi
adanya shivering : menggigil (Shivering) dapat meningkatkan pelepasan
katekolamin à jaga pasien
tetap hangat dengan memberi selimut
7)
Thorak foto:
dapat memberikan informasi mengenai ruang jantung, aorta torakal, pembuluh
darah pulmonal. Pada pasien dengan kalsifikasi aorta asendens yang luas maka
dihindari penggunaan klem pembuluh darah aorta atau cardiopulmonary
bypass.
8)
Ekokardiografi:
untuk evaluasi fungsi ventrikel sebelum dan segera setelah operasi, untuk
mengetahui adanya tumor, thrombus atau udara yang masih ada di rongga atrium
atau ventrikel setelah intervensi bedah jantung.
9)
Kateterisasi
jantung: untuk mengetahui lokasi dan luasnya arteri yang
menyempit/tersumbat.
10) Laboratorium:
DL, profil koagulan, Faal Homeostasis, Renal Fungsi Tes, Liver Fungsi
Tes.
11) Edukasi:
melatih batuk efektif dan nafas dalam
h.
Keperawatan
intraoperasi
1)
Posisi :
supin,
2)
Pengkajian:
monitoring EKG, tanda –tanda vital, menyiapkan defibrillator. Jika jantung
fibrilasi dan tidak dapat diresusitasi maka segera dilakukan pijatan langsung
pada jantung.
3)
Insisi :
median sternotomy. Kulit diinsisi dari sternal notch sampai ke linea alba
dibawah prosesus xipoidius.
4)
Pemilihan
saluran (conduit): arteri mamaria interna, vena saphena, arteri radialis,
arteri gastroepiploik, arteri epigastrik inferior.
5)
Pintasan
jantung paru : pada pendekatan ini kanula dimasukkan melalui atrium kanan ke
vena kava superior dan inferior untuk mengalirkan darah dari tubuh ke system
pintasan. System pompa menciptakan vakum,menarik darah ke reservoir vena; darah
dibersihkan dari gelembung udara, bekuan darah dan partikulatnya dengan filter.
Darah kemudian dialirkan ke oksigenator, melepaskan karbondioksida dan mendapat
oksigen. Darah ditarik ke pompa dan kemudian didorong ke penukar panas, dimana
temperaturnya diatur, dan kemudian dikembalikan ke tubuh melalui aorta asendens
(Smeltzer, 2002).
6)
Peran
perawat: membantu prosedur operasi, menjaga keamanan dan kenyaman pasien. Ruang
lingkup intervensi diantaranya mengatur posisi, perawatan kulit, dukungan emosional
pada pasien dan keluarga.
7)
Komplikasi
intraoperatif yang mungkin terjadi: aritmia, perdarahan, infark miokard, cedera
pembuluh darah otak, emboli, syok.
I.
Keperawatan
post operasi
1)
Pengkajian
a.
Status
neurologi: tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya,
reflex, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
b.
Status
jantung: frekuensi dan irama jantung, CVP, curah jantung, tekanan arteri paru,
PAWP, saturasi oksigen arteri paru, drainase rongga dada, status serta fungsi
pacu jantung.
c.
Status
respirasi: gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi, volume
tidal, konsentrasi oksigen, mode)
d.
Status
pembuluh darah perifer:denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa,
bibir dan cuping telinga, suhu, edema, kondisi balutan dan pipa invasive.
e.
Fungsi
ginjal: haluaran urine, berat jenis urin dan osmolaritas
f.
Status
cairan dan elektrolit: intake dan output, nilai laboratorium untuk kalium, natrium,
calcium
g.
Nyeri:
sifat, jenis, lokasi, durasi, respon terhadap analgesic. Pasien yang menjalani
CABG dengan arteri mamaria interna dapat mengalami parestesis sementara atau
menetap nervus ulnarispada sisi yang sama dengan graf yang diambil. Pasien yang
menjalani CABG dengan arteri gastroepiploik juga dapat mengalami ileus selama
beberapa waktu dan akan mengalami nyeri abdomen pada tempat insisi selain nyeri
dada.
2)
Pengkajian
komplikasi:
a.
Penurunan
curah jantung: penyebabnya antara lain; gangguan preload, gangguan afterload,
gangguan frekuensi jantung, gangguan kontraktilitas.
b.
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit: panatau asupan dan haluaran cairan, kadar
elektrolit
c.
Gangguan
pertukaran gas: indikasi gangguan pertukaran gas; gelisah, cemas, sianosis pada
selaput lendir dan jaringan perifer, takikardia, berusaha melepas ventilator.
Suara nafas ronki.
d.
Gangguan
peredaran darah otak: hipoksia
ASUHAN
KEPERAWATAN POST CABG
1. Pengkajian
DATA
SUBJEKTIF
|
DATA
OBJEKTIF
|
Data
yang perlu dikaji :
-
Data Subjektif
-
Data Objektif
2. Diagnosa Keperawatan
DATA FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS :
DO :
|
Resiko/actual penurunan curah jantung
|
Kehilangan darah dan gangguan miokardium, gangguan
preload (hipovolemia), gangguan konduksi (aritmia)
|
DS :
DO :
|
Gangguan pertukaran gas
|
Kongesti paru
|
DS :
DO :
|
Nyeri
|
Luka insisi
|
3. Intervensi
DX
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, diharapkan :
-
Tanda-tanda
Vital :
Tekanan Darah : 100/60 – 130/80
mmHg
RR : normal (12-20 X/menit),
drainase dada melalui selang pada 4-6 jam pertama < 300 cc.
Suhu normal (36-370C),
-
Asupan dan
haluaran sesuai, nadi normal (60-100x/menit) tidak ada disritmia)
-
Produksi
urine 0,5-1 cc/kgBB/jam
-
CRT < 2
detik,
|
MANDIRI
1.
Catat dan
pantau HR, TD, RR terutama adanya hipotensi, waspadai penurunan
sistol/diastole.
Rasional:
hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, disritmia, gagal
jantung/syok.
2.
Pantau
irama jantung, disritmia. Observasi respon pasien terhadap disritmia contoh
penurunan tekanan darah.
Rasional: letal disritmia dapat menyebabkan penurunan curah jantung
3.
Observasi
perubahan status mental/orientasi/gerakan reflex tubuh/ gelisah.
Rasional:
dapat mengindikasikan penurunan aliran darah otak akibat penurunan curah
jantung.
4.
Catat suhu
kulit dan kualitas nadi perifer.
Rasional:
kulit hangat, merah muda dan nadi kuat adalah indikasi curah jantung
adekuat.
5.
Ukur dan
catat asupan dan haluaran cairan
Rasional:
berguna dalam menentukan kebutuhan cairan atau mengidentifikasi kelebihan
cairan yang dapat mempengaruhi curah jantung.
6.
Observasi
adanya infark miokard melalui pemeriksaan EKG berkala
Rasional:
gejala bisa tertutup oleh tingkat kesadaran pasien dan obat anti nyeri.
7.
Observasi
perdarahan, drainase darah terus-menerus, CVP rendah, takikardia.
Rasional: perdaraha dapat terjadi akibat insisi jantung, trauma jaringan,gangguan pembekuan.
8.
Observasi
adanya gagal jantung: hipotensi, peningkatan PAWP, CVP dan tekanan atrium
kiri, takikardia, gelisah, sianosis, distensi vena, dipsnea, asites.
Persiapkan pemberian diuretik dan digitalis.
Rasional:
gagal jantung yang terjadi akibat penurunan aksi pompa jantung; dapat
menurunkan perfusi ke organ vital.
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :
-
Klien
melaporkan tidak adanya/ penurunan dipsnea,
-
Rr = 12-20
x/menit
-
Nilai gda
dalam rentang normal (ph: 7,35-7,45 ; po2= 95-100% ; paco2= 35-45 mmhg)
|
MANDIRI
1. Auskultasi bunyi nafas, catat
bunyi nafas (ronki)
Rasional:
ronki dapat menjadi indikasi kongesti paru.
2. Kolaborasi pemebrian oksigen
Rasional:
meningkatkan oksigen alveoli yang dapat memperbaiki atau menurunkan
hipoksemia jaringan.
3. Pantau hasil analisa gas darah,
oksimetri
Rasional:
hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru.
4. Berikan obat sesuai indikasi:
diuretik, brokodilator
Rasional:
menurunkan kongesti alveoli dan meningkatkan pertukaran gas, bronkodilator
meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan nafas.
5. Kolaborasi pemilihan pemberian
cairan.
Rasional:
cairan yang berlebihan dapat menyebabkan edema paru.
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :
-
Tanda
vital stabil
-
skala
nyeri 0-3
-
klien
mengatakan nyeri berkurang atau hilang,
-
klien
dapat rileks dan istirahat dengan tenang.
|
MANDIRI
1.
Catat sifat,
jenis, lokasi, dan durasi nyeri.
Rasional:
nyeri dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan beban kerja jantung.
2.
Bantu
pasien membedakan nyeri bedah dan nyeri angina
Rasional:
nyeri angina memerlukan penanganan segera.
3.
Berikan
posisi nyaman dan ajarkan tehnik relaksasi
Rasional:
posisi memberikan rasa nyaman.
4.
Pantau
TTV
Rasional:
HR dapat meningkat sebagai respon dari nyeri.
5.
Kolaborasi
pemberian analgesik
Rasional:
menurunkan nyeri, menurukan ketegangan otot dan meningkatkan
penyembuhan.
|
Daftar Pustaka
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan;
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta.
EGC
Feriyawati, L. 2005. CABG dengan Menggunakan Vena
Saphenous, Arteri Mammaria Interna dan Arteri Radialis. FK USU, diperoleh dari
library.usu.ac.id/ download/ fk/ 06001193.pdf tanggal, 12 Pebruari 2010
Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan klien
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta. Salemba
Medika.
Sethares, K. 2008. Care of Patient Undergoing Cardiac
Surgery dalam Moser & Riegel, Cardiac Nursing; A Companion to Braunwald’s
Heart Disease. Philadelphia. Saunders, an imprint Elsevier inc.
Smeltzer, SC & Bare, BG. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta.
EGC
0 comments:
Post a Comment