MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI OTITIS MEDIA
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga
tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut (OMA) dapat terjadi kare beberapa
faktorpenyebab, seperti sumbatan tuba eustachius (merupakan penyebab utama
darikejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa
tubaeustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan bakteri(
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan
bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus
aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta
anak-anak mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya
(Berman, 1995).Menurut Teele (1991) dalam Commissoet al. (2000), 33% anak akan
mengalamisekurang-kurangnya satu episode OMA pada usia 3 tahun pertama.
Terdapat 70%anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami satu episode OMA
(Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi penyebab 22,7%
anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada usia 4 sampai dengan
5tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar
sepertigakunjungan ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan
balik ke dokter adalah untuk follow-up penyakit otitis media
tersebut (Teeleet al.,1989).
Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005),
menunjukkan bahwa19% hingga 62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu
episode OMAdalam tahun pertama kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak
mengalamipaling sedikit satu episode OMA ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di
AmerikaSerikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan 2
tahun,diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem pendengaran
Sistem yang
digunakan untuk mendengar.Hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran
yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz.
Pendengar
luar terdiri atas daun telinga dan
liang telinga luar. Daun telinga adalah
sebuah lipatan kulit yang berupa rangka
rawan kuping kenyal. Bagian luar liang telinga luar berdinding rawan,
bagian dalamnya mempunyai dinding tulang. Ke sebelah dalam
liangTelinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah
meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada
telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke
otak untuk diolah.
1. Anatomi
Telinga
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam.Telinga luar berfungsi menangkap
getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke
telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang
bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
Susunan Telinga
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan
membran timpani (gendang telinga). Daun telinga manusia mempunyai
bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai
penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai
dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan
membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang
telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing
tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan
gendang telinga tidak kering.Pendengar luar terdiri
atas daun telinga dan liang telinga
luar.
Daun telinga adalah sebuah lipatan kulit
yang berupa rangka rawan kuping kenyal. Bagian luar
liang telinga luar berdinding rawan, bagian dalamnya mempunyai dinding
tulang. Ke sebelah dalam liang. Telinga luar berfungsi menangkap
getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke
telinga dalam.
Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan
mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.Telinga luar terdiri dari
daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang telinga). Daun telinga
manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung
fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga
yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing,
yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang
dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga
agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan
saluran luar dan gendang telinga tidak kering
b. Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara
agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan
dengan telinga luar melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan
bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya
dilapisi dengan membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti
rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang
tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga
dan tulang landasan (inkus).
Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak
sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi
(stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan
tulang sanggurdi terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas. Fungsi
rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang
telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela
oval.Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara
agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan
telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga
luar melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga
dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan
membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti
rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang
tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang
landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka
bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi
(stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan
tulang sanggurdi terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas.
Pendengar tengah terdiri atas rongga gendangan yang berhubungan
dengan tekak melalui tabung pendengar Eustachius. Dalam rongga gendangan
terdapat tulang-tulang pendengar, yaitu martil, landasan dan sanggurdi.
Martil melekat pada selaput gendangan dan dengan sebuah sendi
kecil juga berhubungan dengan landasan.
Landasan mengadakan hubungan dengan sanggurdi melekat pada selaput yang
menutup tingkap jorong pada dinding dalam rongga gendangan telinga
manusia. Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara
dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke
jendela oval.
c. Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan
labirin membran.5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut.
1. Tiga saluran
setengah lingkaran
2. Ampula
3. Utrikulus
4. Sakulus
5. Koklea atau
rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran
setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan,
dan keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin
tulang. Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea
terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan
dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan
jendela bundar, dan saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh
membran.
Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran
Reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan saluran timpani
terdapat membran basiler. Dalam saluran tengah terdapat suatu
tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan
membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar
tersebar di permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran
tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan
berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar.
Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ Korti.
1. Telinga Luar
(Auter Ear)
· Aurikula / daun telinga : Terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Berfungsi untuk menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke dalam MAE
(Meatus Akustikus Eksterna)
· Meatus Akustikus Eksterna / Liang telinga luar : Panjang ± 2,5 cm,
berbentuk huruf S, 1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak terdapat
kelenjar minyak dan kelenjar serumen yang bersifat antibakteri dan memberikan
perlindungan bagi kulit
· Kanalis auditorius eksternus : Panjangnya sekitar 2,5cm, kulit pada kanlis
mengandung kelenjar glandula seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin
yang disebut serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan
perlindungan pada kulit.kanalis auditorius eksternus akan berakhir pada
membrane timpani.
2. Telinga
Tengah
· Membran Timpani / gendang telinga.Gendang telinga terdiri atas 3 lapis:
1. Lapis luar
(lanjutan kulit dari liang telinga)
2. Lapis tengah
(jaringan ikat yang lentur)
3. Lapis dalam
(selaput lendir).
Terdiri dari
jaringan fibrosa elastis. Berbentuk bundar dan cekung dari luar. Terdapat
bagian yang disebut pars flaksida, pars tensa, dan umbo. Refleks cahaya kea rah
kiri jam tujuh dan jam lima ke kanan. Dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu: atas
depan, atas belakang, bawah depan, dan bawah belakang. Berfungsi menerima
getaran suara dan meneruskannya ke tulang-tulang pendengaran.
· Tulang-tulang pendengaran : Terdiri dari maleus, incus, dan stapes.
Berfungsi menurunkan amplitude getaran yang diterima membran timpani dan
meneruskannya ke jendela oval.
· Cavum Timpani : Merupakan ruangan yang berhubungan dengan tulang mastoid
sehingga bila terjadi infeksi pada telinga tengah dapat menjalar menjadi mastoiditis.
· Tuba Eustachius : Bermula di ruang timpani kea rah bawah sampai nasofaring.
Struktur muosa merupakan lanjutan mukosa nasofaring. Tuba dapat tertutup pada
kondisi peningkatan tekanan suara secara mendadak, dan terbuka saat menelan dan
bersin. Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara di luar dan di dalam
telinga tengah
3. Telinga Dalam
· Koklea : Skala vestibule yang berhubungan dengan vestibular berisi
perylimph. Skala timpani yang berakhir pada jendela bulat, berisi perylimph.
Skala media/duktus koklearis berisi endolimph. Dasar skala vestibule disebut
membran basalis, dimana terdapat organ corti dan sel rambut sebagai organ
pendengaran.
· Kanalis Semisirkularis : Terdiri dari 3 duktus yang masing-masing berujung
pada ampula (sel rambut, krista, kupula), yang berikatan dengan system
keseimbangan tubuh dalam rotasi.
· Vestibula : Terdiri dari sakulus dan utrikel yang mengandung macula.
Berkaitan dengan system keseimbangan tubuh dalam hal posisi.
2. Fisiologi Pendengaran
Proses
mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandigan luas membran timpani dan tingkap lonjong.
Energi
getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak.
Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga
akan menimbulkan gerak relative antara membran basalis dan membran tektoria.
Proses ini
merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia
sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan
listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.(tambahan anfis:
ari + aan). Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval.
Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada
di dalam saluran vestibulum.
Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan
cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambut-rambutsel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls).
Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada
organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat
pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
Cara kerja
indra pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar
menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang
dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke
cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum.
Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer
dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan
selaput-selaput
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
Susunan dan
Cara Kerja Alat Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan
berupa tiga saluran setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula
(kristal) dan organ keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar
dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan
dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi
reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri dari
kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang
berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran semisirkular (saluran
setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus
terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang
melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala
mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang akan
dikirim ke otak.Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran
setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ
keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar
dan disebut ampulayang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan
dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi
reseptor keseimbangan.
Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri
dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang
berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran semisirkular
(saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.Alat keseimbangan di
dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya
berupa rambut bebas yang melekat pada otolith,yaitu butiran natrium
karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang
menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
DEFINISI
Ø Otitis adalah radang telinga, yang
ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran, tinitus dan vertigo.
Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis
media berarti peradangan dari telinga tengah.
Ø Otitis media adalah peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustacheus, antrum mastoid,
dan sel-sel mastoid/( soepardi, iskandar ,1990) Otitis media adalah infeksi
atau inflamasi pada telinga tengah (mediastore,2009 )
Ø Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
(Ahmad Mufti, 2005)
Jadi, kesimpulannya Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga
tengah yang disebabkan masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga. Otitis
media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak
di bawah usia 15 tahun.
C. ETIOLOGI
Etiologi
dari otitis media dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Otitis Media Akut
Biasanya
penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas (common
cold). Penyebab otitis media akut (OMA) dapat berupa virus maupun bakteri.Virus
atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba
eustakius atau kadang juga melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa
terjadi karena adanya penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius akibat alergi
atau pembengkakan amandel.
Penyebab
utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat
disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (sinusitis, hipertrofi
adenoid) atau reaksi alergik ( rhinitis alergika).
Bakteri yang
umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus peneumoniae,
Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella
catarrhalis. Penyebab Otitis media akut adalah bakteri piogenik seperti
streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus
influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas
aerugenosa.
Kuman
penyebab utama pada OMA adalah bekteri piogenik, seperti Streptokokus
hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pnemokokkus. Kadang-kadang ditemukan juga
Haemofilus influenza, Echeuria colli, Streptokokus anhelolitikus, Proteus
vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa. Selain itu, OMA juga dapat terjadi karena
reaksi alergi.
b. Otitis Media Kronis
Otitis media
kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi)
(Mediastore,2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: otitis media
akut penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam
telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba luka
bakar karena panas atau zat kimia. Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara
lain:
- Streptococcus.
- Stapilococcus.
- Diplococcus pneumonie.
- Hemopilus influens.
- Gram Positif : S.
Pyogenes, S. Albus.
- Gram Negatif : Proteus
spp, Psedomonas spp, E. Coli.
- Kuman anaerob : Alergi,
diabetes melitus, TBC paru.
Penyebab OMK antara lain:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMK dan
faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok sosioekonomi rendah memiliki
insiden OMK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini
berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih
diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMK berhubungan dengan
luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara
mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah
hal ini primer atau sekunder.
- Riwayat otitis media
sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis
media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan/ atau otitis media
dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga
dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis
- Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari
mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis media
kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode kultur yang digunakan
adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora
tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.
- Infeksi saluran nafas
atas
Banyak penderita mengeluh
keluarnya sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi
virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya
tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah,
sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
- Autoimun
Penderita dengan penyakit
autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap OMK.
- Alergi
Penderita alergi mempunyai
insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang
menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik
tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti
kemungkinannya.
- Gangguan fungsi tuba
eustachius
Pada otitis media kronis aktif
tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan
fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif
berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan
umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif
menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang
menyebabkan perforasi membran timpani yang menetap pada OMK adalah:
- Infeksi yang menetap pada
telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga purulen
berlanjut.
- Berlanjutnya obstruksi
tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.
- Beberapa perforasi yang
besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel.
- Pada pinggir perforasi
dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas sisi
medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari
perforasi.
Klasifikasi
a. Otitis Media Akut
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu. Otiitis media akut
adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga atau
gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnay tergantung berat ringannya
penyakit, antara lain : demam, iritabilitas, letargi, anoreksia, vomiting,
bulging hingga perforasi membrana tympani yang dapat diikuti dengan drainase
purulen.Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering
ditemukan pada anak-anak terutama 3 bulan-3 tahun.Otitis media akut adalah
infeksi yang disebabkan oleh bakteri pada ruang udara pada tulang temporal
(CMDT, edisi 3 , 2004 ).
Otitis media akut adalah dari yang timbulnya cepat dan berdurasi pendek,
otitis media akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga
tengah bersama dengan tanda-tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga,
gendang telinga, yang menonjol biasanya disertai nyeri, atau gendang telinga
yang berlubang, seringkali dengan aliran dengan materi yang bernanah. Demam
dapat hadir.
Otitis
mediaakut (OMA) adalah
peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah. Yang paling
sering terlihat Otitis media akut ialah Otitis media viral akut, Otitis media
bakterial akut, Otitis media nekrotik akut.
Stadium OMA
Ø Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi
5 stadium:
1. Stadium
Oklusi Tuba Eustachius. Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah adanya
gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam
telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani
tampak normak (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin
terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan
otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium
Hiperemis. Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis atau edema. Secret yang
telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar
terlihat.
3. Stadium
Supurasi. Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) kea rah liang telinga luar. Pada
keadaan ini, pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa
nyeri di telinga bertambah hebat.
4. Stadium
Perforasi. Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika
atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membran timpani
dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Pasien
yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan pasien dapat
tidur nyenyak.
5. Stadium
Resolusi. Bila membran timpani tetap utuh maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka secret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi
kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Berdasarkan
usia: Ari,Anak lebih mudah terserang otitis media disbanding orang dewasa karena
beberapa hal, yaitu:
· Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan
· Saluran eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek
sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
· Adenoid (salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar disbanding orang dewasa. Posisi
adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar
dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu, adenoid sendiri
dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah
lewat saluran Eustachius.
b. Otitis Media
Kronis
Otitis media
kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang berhubungan
dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode
berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah Proses peradangan
di telinga tengah dan mastoid yang menetap > 12 minggu.Otitis
media kronik adalah perforasi pada gendang telinga ( warmasif, 2009).
Otitis media
kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk sedikitnya
satu bulan.Orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih, 2007). OMK dibagi
dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Tipe
tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini
ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang
bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi
ini terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa
faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius,
infeksi saluran nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada
penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob dan
anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari epitel
squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi
dari mukosa telinga tengah. OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2
jenis,yaitu
- OMK aktif ialah OMK
dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
- OMK tenang apabila
keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.
- Tipe Atikoantral (tipe
malignan/ tipe bahaya)
Tipe ini
ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan
kolesteatom dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan fatal timbul pada
OMK tipe ini.Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi
epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom
bertambah besar.
Banyak teori
mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori
invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus
dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan
pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit
matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu
berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ
disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh
pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini
mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses
otak.
* Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:
a. Kolesteatom kongenital.
Kriteria
untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis (1965)
adalah :
1. Berkembang dibelakang
membran timpani yang masih utuh.
2. Tidak ada riwayat otitis
media sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan
embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang berubah
menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital
kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal,
umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese nervus
fasialis, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.1,2.
a. Kolesteatom
akuisital atau didapat, anatara
lain:
· Primary acquired
cholesteatoma.
Kolesteatom
yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom
timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat
adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori
invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida1,2
· Secondary acquired cholesteatoma.
Terbentuk
setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel
kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga
tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani
karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori metaplasi).
- Bentuk perforasi membran
timpani adalah :
1. Perforasi sentral. Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior,
postero-inferior dan postero-superior, kadang-kadang sub total. Pada seluruh
tepi perforasi masih ada terdapat sisa membran timpani.
2. Perforasi marginal.Terdapat pada pinggir membran timpani dan adanya erosi
dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai
perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan
kolesteatom.
3. Perforasi atik. Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary
acquired cholesteatoma.
Manifestasi Klinis
1. Nyeri telinga
2. Keluar cairan dari telinga
3. Demam
4. Kehilangan pendengaran
5. Tinitus
6. demam tinggi
7. Pada orang dewasa terjadi gangguan pendengaran berupa
rasa penuh atau kurang dengar.
8. Pada baayi dan anak kecil terjadi demam (>39,5ᴼC),
gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare dan kejang.
B. Komplikasi
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Labiringitis
d. Paralisis saraf fasialis yaitu adanya celah-celah tulang alami yang
menyebabkan hubungan antara saraf dengan telinga tengah, maka
produk-produk infetoksik dapat menimbulkan paralisis wajah.
e. Abses esktradural adalah suatu kumpulan pos diantara dural dan tulang yang
menutupi rongga mastoid atau telinga tengah. Gejala-gejala antara lain telinga
dan kepala yang berat.
f. Abses subdural. Suatu abses subdural dapat timbul akibat perluasan langsung
abses ekstradural atau perluasan suatu tromboflebitis lewat saluran-saluran
vena. Gejala-gejalanya antara lain demam, nyeri kepala, gangguan timbul koma
pada pasien dengan otitis media supuratif kronik.

· Infeksi pada
tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
· Labirintitis
(infeksi pada kanalis semisirkuler)
· Kelumpuhan
pada wajah
· Tuli
· Peradangan
pada selaput otak (meningitis)
· Abses otak

· sakit kepala
· tuli yang
terjadi secara mendadak
· vertigo
(perasaan berputar)
· demam dan
menggigil.
Pemeriksaan Diagnostik
yang sering
dilakukan pada kasus otitis media kronis ini diantaranya meliputi :
- Otoscope untuk melakukan
auskultasi pada bagian telinga luar
- Timpanogram untuk
mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
- Kultur dan uji
sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi jarum
dari telinga tengah melalui membrane timpani)
Tes Diagnostik
1. Tes suara
bisik. Caranya ialah dengan membisikkan kata-kata yang dikenal penderita dimana
kata-kata itu mengandung huruf lunak dan huruf desis. Lalu diukur berapa meter jarak
penderita dengan pembisiknya sewaktu penderita dapat mengulangi kata-kata yang
dibisikan dengan benar. Pada orang normal dapat mendengar 80% dari kata-kata
yang dibisikkan pada jarak 6 s/d 10 meter. Apabila kurang dari 5 – 6 meter
berarti ada kekurang pendengaran. Apabila penderita tak dapat mendengarkan
kata-kata dengan huruf lunak, berarti tuli konduksi. Sebaliknya bila tak dapat
mendengar kata-kata dengan huruf desis berarti tuli persepsi. Apabila dengan
suara bisik sudah tidak dapat mendengar dites dengan suara konversasi atau
percakapan biasa. Orang normal dapat mendengar suara konversasi pada jarak 200
meter.
2. Tes Garpu
Suara. Dengan garpu suara frekuensi 64, 128, 256, 512, 1024, 2048 dan 4096 hz,
dibunyikan dengan cara tertentu lalu disuruh mendengarkan pada orang yang
dites. Bila penderita banyak tak mendengar pada frekuensi rendah berarti tuli
konduksi. Bila banyak tak mendengar pada frekuensi tinggi berarti tuli
persepsi. Kemudian dengan garpu suara frekuensi 256 atau 512 hz dilakukan
tes-tes Rinne Weber dan Schwabach sehingga lebih jelas lagi apakah tuli
penderita dibagian konduksi atau persepsi.
3. Tes dengan
Audiometer. Hasil dari tes pendengaran dengan audiometer ini digambar dalam
grafik yang disebut audiogram. Apabila pemeriksaan dengan audiometer ini
dilakukan, tes-tes suara bisik dan garpu suara tak banyak diperlukan lagi,
sebab hasil audiogram lebih lengkap. Dengan audiometer dapat dibuat 2 macam
audio-gram Audiogram nada murni (pure tone audiogram), Audiogram bicara (speech
audiogram). Dengan audiometer dapat pula dilakukan tes-tes, tes SISI (Short
Increment Sensitivity Index), tes Fowler dimana dapat diketahui bahwa kelainan
ada di koklear atau bukan, dan tes Tone Decay dimana dapat diketahui apakah
kelainan dibelakang koklea (retro cochlear) atau bukan. Kelainan retro coklear
ini misalnya ada tumor yang menekan N VIII Keuntungan pemeriksaan dengan
audiometer kecuali dapat ditentukan dengan lebih tepat lokalisasi kelainan yang
menyebabkan ketulian juga dapat diketahui besarnya ketulian yang diukur dengan
satu db (desibel)
4. Tes dengan
“Impedance”meter. Tes ini paling obyektif dari tes-tes yang terdahulu. Tes ini
hanya memerlukan sedikit kooperasi dari penderita sehingga pada anak-anak di
bawah 5 tahun pun dapat dikerjakan dengan baik. Dengan mengubah-ubah tekanan
pada meatus akustikus ekterna (hang telinga bagian luar) dapat diketahui banyak
tentang keadaan telinga bagian tengah (kavum timpani). Dari pemeriksaan dengan
Impedancemeter dapat diketahui :
· Apakah kendang telinga (membrana timpani) ada lobang atau tidak.
· Apakah ada cairan (infeksi) di dalam telinga bagian tengah?
· Apakah ada gangguan hubungan antara hidung dan telinga bagian tengah yang
melalui tuba Eustachii.
· Apakah ada perlekatan-perlekatan di telinga bagian tengah akibat suatu
radang.
· Apakah rantai tulang-tulang telinga terputus karena kecelakaan (trauma
kepala) atau sebab infeksi.
· Apakah ada penyakit di tulang telirigastapes (otosklerosis).
· Berapa besar tekanan pada telinga bagian tengah.
5. Qzha: tes
audiometric, otoskop,…
Ofi: tes bisik, jenis2 tuli,
jenis frekuensi,Ari: tambahan teknis, dari jauh ke dekat/ sebaliknya..
Klasifikasi frekuensi
berdsarkan ISO dan ASA
ISO 1964 (dB)
|
ASA 1951 (dB)
|
|
Normal
|
-10 – 26
|
-10 – 15
|
Ringan
|
27-40
|
16-29
|
Sedang
|
41-55
|
30-44
|
Sedang-berat
|
56-70
|
45-59
|
Berat
|
71-90
|
60-79
|
Sangat berat
|
> 90
|
> 80
|
Novi: tes arloji, tes garpu
tala…
Timpanometri,
yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani. Misalnya adanya cairan,
gangguan rangkaian tulang pendengaran, kekakuan membran timpani, ataupun
membran timpani yang lentur. Adapun gambaran hasil timpanometri, yaitu:
- Tipe A : normal
- Tipe B : terdapat cairan
di telinga tengah
- Tipe C : terdapat gangguan
fungsi tuba Eustachius
- Tipe AD :
terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran
- Tipe As : terdapat
kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis)
Tes diagnostic dilakukan
secara bertahap:
- Tes gesek
- Tes bisik
- Tes detik
- Garpu tala
- Audiogram
Sedangkan otoskop bukan untuk
tes diagnostic, melainkan utnuk melakukan pemeriksaan fisik.
Penatalaksaan
Medis& Keperawatan
Penanganan
local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat
penghisap. Pemberian antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika sering
membantu bila terdapat cairan purulen.
Berbagai
prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidk efektif.
Dapat dilakukan timpanoplasti dan yang paling sering adalah
timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrane timpani dan osikulus. Tujuan dari
timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang
perforasi, telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki
pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius eksternus, baik
secara transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis telinga tengah diinspeksi
secara teliti, dan hubungan antara osikulus dievalusi. Terputusnya rantai
osikulus adalah yang paling sering terjadi pada otitis media, namun masalah
rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi telinga tengah dan
dislokasi osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan dramatis pendengaran dapat
terjadi stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan kembali osikulus.
Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan dengan anesthesia umum.
Pencegahan
Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMApada anak antara lain:
- Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan
anak-anak
- Pemberian ASI minimal selama enam bulan
- Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam
keadaan berbaring
- Hindari pajanan terhadap asap rokok
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut
Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga
tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah. Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnyasaluran/tuba eustachius yang
bisa disebabkan oleh proses peradangan akibatinfeksi bakteri yang masuk ke
dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yangberulang pada anak juga dapat
menjadi faktor penyebab terjadinya OMA padaanak.
Stadium OMA
dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: Stadium Hiperemi, Oklusi,
Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasidari OMA juga
tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dariOMA juga
berdasar pada stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakitOMA, dapat
muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien,antara lain:
gangguan rasa nyaman (nyeri), perubahan sensori persepsipendengaran, gangguan
komunikasi, dan kecemasan.
B. Saran
Klien yang
mengalami otitis media
ini harus mendapatkan gambaran tentang penyakit serta penatalaksanaannya,
efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang
diberikan harus menekankan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan
fungsi pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Efiaty
Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan, Edisi III, FKUI,1997.
2. Wong Whaley, Clinical Manual of Pediatric
Nursing, Mosby Year Book. Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical
bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC
3. Ludman,
Harold, MB, FRCS, Petunjuk Penting pada Penyakit THT, Jakarta, Hipokrates, 1996
4. Doengoes, Marilyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.ed 3. Jakarta : EGC
0 comments:
Post a Comment