MAKALAH
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA AN.U DENGAN GASTROENTERITIS
Di
Susun Oleh :
Mahasiswa
Ruang 302
Tingkat
II Semester 4
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN AN.U DENGAN
GASTROENTERITIS”, tepat pada waktunya.
Penulisan
makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah hematologi.Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan
makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat
penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak
kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Depok, April 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Semakin tinggi kemajuan teknologi yang telah dicapai
semakin tinggi pula derajat kesehatan yang diperoleh sesuai dengan kemajuan
zaman, timbul berbagai macam penyakit yang menyerang seluruh kehidupan tanpa
mengenal tempat, waktu dan usia.
Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan
dalam mengatasi masalah yang dihadapi pasien dengan memberikan penyuluhan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien, menjaga kebersihan lingkungan, perawat juga
berkolaborasi dengan dokter dalam memberi terapi dan juga memberikan beberapa
informasi yang penting.
2.
TUJUAN
Tujuan umum:
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum
adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang anemia dan asuhan
keperawatan aritmia
Tujuan khusus:
1. Mengetahui
pengertian dari Gastroenteritis
2. Menngetahui penyebab
dari Gastroenteritis
3. Mengetahui tanda
dan gejala dari Gastroenteritis
4. Mengetahui
klasifikasi dari Gastroenteritis
5. Mempelajari asuhan
keperawatanGastroenteritis
3.
RUMUSAN MASALAH
1) Apa
pengertianGastroenteritis?
2) Apa saja penyebab
Gastroenteritis?
3) Apa saja tanda dan
gejala yang timbul pada pasien Gastroenteritis?
4) Bagaimana proses
perjalanan Gastroenteritis?
5) Dan bagaimana
Asuhan Keperawatan pada pasien Gastroenteritis?
BAB
II
KONSEP
DASAR TEORI
A.
Anatomi dan Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
(mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan dan air pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan.Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari
berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus)
dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan
(Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema melintang mulut,
hidung, faring, dan laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas
dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang
c. Kerongkongan
(Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada
vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso –
“membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).Esofagus bertemu dengan faring pada
ruas ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus dibagi menjadi tiga
bagian:
-
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
-
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
-
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan
berbentuk seperti kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus,
Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
-
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan
oleh asam lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
-
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
-
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus halus
(usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari
saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus
kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan
serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
-
Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari
usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus
halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat
dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.Nama duodenum berasal
dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas
jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
-
Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.Usus kosong
dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.Secara
histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya
kelenjar Brunner.Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,
yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata
sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya
berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
-
Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir
dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar
(Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian
usus antara usus buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dari feses.Usus besar terdiri dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum,
Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”)
dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan
serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang
besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian
atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
h. Umbai Cacing
(Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan
pada usus buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).Dalam
anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix
(atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap
embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi
ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum.
i. Rektum
dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan,
mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika kolon desendens penuh
dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.
Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus
besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
B.
Pengertian
Gastroenteritis
adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja. (Sudaryat
Suraatmaja.2005)
Gastroenteritis yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali
sehari dengan atau tanpa darah dan atau lender dalam feses.
(Suharyono,1999)
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit
yang berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan
perubahan bentuknya yang encer atau cair.(Suriadi, 2001)
Gastroenteritis adalah suatu kondisi pada gaster yang
ditandai dengan adanya muntah dan diare yang disebabkan infeksi, alergi, tidak
toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin. (Tucker,1998)
Dari bebepara pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk feses
encer dengan frekukensi lebih banyak dari biasanya.
C.
Etiologi
Penyebab diare
dibagi dalam beberapa factor yaitu:
1.
Infeksi
a. Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama pada anak yang disebabkan infeksi bakteri
(E. Colli, Salmonella,Shigella, Vibrio dll) parasit (protozoa:E. hystolitica ,
G. lamblia; cacing:Askaris, trikurus; Jamur :kandida ) melalui fecal oral
:makanan , minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja
penderita
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain
di luar alat pencernaan seperti otitis media akut, tonsilofaringitis, infeksi
parasit : cacing,protozoa, jamur.keadaan ini terjadi pada bayi dan anak umur
dibawah 2 tahun.
2.
Malabsorsi
a. Mal absorpsi kalbohidrat, disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa).
Pada bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
b. Mal absorpsi lemak
c. Mal absorpsi protein
3.
Makanan
Makanan basi,
baeracun, alergi terhadap makanan
4.
Psikologik
Rasa takut dan
cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang telah
besar.
D.
Patofisiologi
Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut
adalah virus (roba virus, adeno virus enterik, norwalk virus serta parasit
(blardia lambia) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel).
Organisme ini menghasilkan enterotoksin atau kritotoksin yang merusak sel atau
melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus adalah organ
yang palilng banyak terkena.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral
dari orang ke orang. Beberapa fasilitas perawatan harian yang meningkatkan
resiko gastroenteritas dapat pula merupakan media penularan. Transpor aktif
akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit ka dalam usus halus. Sel
intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit,
mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga akan
menurunkan area permukaan intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan
absorpsi cairan dan elektrolit. Peradangan dapat mengurangi kemampuan
intestinal mengabsorpsi cairan dan elektrolit hal ini terjadi pada sindrom mal
absorpsi yang meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas
dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan
sekresi cairan dan elektroli yang berlebihan. Cairan potasium dan dicarbonat berpindah
dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi,
kekurangan elektrolit dapat terjadi asidosis metebolik.(Suriadi,2004: 83)
Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan
mukosa usus sehingga terjadi produk sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba
juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motiltas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang, karena waktu yang tersedia
untuk penyerapan zat-zat tersebut di colon berkurang. (Corwin,2000:321)
E. Manifestasi Klinik
Gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu
badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun kemudian timbul diare tinja cair,
mungkin mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet
karena tinja menjadi asam akibatnya, banyaknya asam laktat yang terjadi dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah dehidrasi diare.
Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit
terjadilah gejala dehidrasi.berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan
cekung, tonus dan turgor otot kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
menjadi kering.
Gejala klinis
sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan (kehilangan 2,5% BB)
Kesadaran
komposmentis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa, ubun-ubun
besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9 % BB)
Kesadaran gelisah,
nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar cekung,
mata tampak cekung, turgor dan tonus agak kurang, mulut kering
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10 % BB)
Kesadaran apatis
sampai koma, nadi lebih dari 140 kali permenit, pernafasan kusmaul, ubun-ubun
besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut kering dan sianosis
Gangguan
keseimbangan asam dan basa dan elektrolit :
a. Cairan yang banyak keluar melalui BAB menyebabkan
kehilangan bikarbonat, sehingga PH menurun, PCO2 meningkat, asidosis metabolik
yang ditandai pernafasan kusmaul.
b. Terjadi hipo/hipertermi (< 130 atau > 150 mEq/L),
hipokalemia (< 3 mEq).
c. Hipoglikemi gangguan gizi
d. Syok hipovolemi.
F.
Klasifikasi
Klasifikasi
|
Tanda
dan Gejala
|
Tak ada dehidrasi
|
Tak ada tanda dan gejala dehidrasi :
-
Keadaan umum baik, sadar
-
Tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan) dalam batas normal
|
Dehidrasi tak berat
|
Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
-
Gelisah, rewel
-
Mata cekung
-
Air mata kurang
-
Haus (minum banyak)
-
Mulut dan bibir sedikit kering
-
Cubitan kulit perut kembali lambat
-
Tangan dan kaki hangat
|
Dehidrasi berat
|
Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
-
Kondisi umum lemas
-
Kesadaran menurun – tidak sadar
-
Mata cekung
-
Air mata tidak ada
-
Tidak mampu untuk minum/minum lemah
-
Mulut dan bibir kering
-
Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( ≥ 2 detik)
-
Tangan dan kaki dingin
|
G.
Komplikasi
a) Dehidrasi
b) Renjatan
hipovolemik
c) Kejang
d) Bakterimia
e) Mal nutrisi
f) Hipoglikemia
g) Intoleransi
sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
H.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang
meliputi :
1.
Pemeriksaan Feses
-
Makroskopis dan mikroskopis.
-
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
-
Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
-
Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
-
Kultur fese (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses atau diare yang
berkepanjangan), untuk menentukan patogen
-
Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau pus pada feses
2.
Pemeriksaan Darah
-
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan
Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
-
Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
-
Darah samar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada
gastroenteritis yang berasal dari bakteri)
-
Hitung darah lengkap dengan diferensial
3.
Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
-
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
-
Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
4.
Uji antigen immunoassay enzim, untuk memastikan adanya rotavirus
5.
Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme
Shigella keluar melalui urine)
I.
Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan klien dengan gastroenteritis adalah :
1) Pemberian cairan
2) Dietetik (pemberian
makanan)
3) Obat-obatan
4) Education :
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu tentang anak-anak yang sehat
atau makanan untuk anak diare
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan
yang hilang melalui feses dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras, dll)
Penatalaksanaan :
a. Rehidrasi sebagai prioritas
utama pengobatan
Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan
rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang akan digunakan
- Cairan Ringer
Laktat merupakan cairan pilihan meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah
dibandingkan dengan kadar kalium cairan feses.
- Jika tidak
tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul
Nabikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L infus NaCl isotonik.
- Pada keadaan
diare akut awal yang ringan, dapat diberikan bubuk oralit sebagai usaha awal
agar tidak terjadi dehidrasi. Atau dapat dengan pengganti oralit : air teh +
1 sendok gula + seujung sendok garam atau air tajin + gula + garam
2) Jumlah cairan yang akan diberikan :
- Pada
prinsipnya jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari tubuh.
- Kehilangan
cairan dari tubuh dapat dihitung dengan memakai rumus:
B.D. plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan: BD plasma-1,025 x
BB x 4 ml
0,001
3) Kembali makanan semula secara
bertahap, setelah dehidrasi hilang.
Misal : SGM diencerkan 1/3
takaran semula, biasanya makan nasi tim di ganti bubur dahulu.
·
Keperluan cairan
Dehidrasi ringan :
150 cc / kg BB / hari
Dehidrasi sedang :
200 cc / kg BB / hari
Dehidrasi berat :
infus RL, nacl, D10 %.
·
untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, BB 3 – 10 kg.
o 1 jam I : 4 ml / kg BB / jam = 10 tts
/ kg BB / mnt(jika set infus 1 ml = 15 tts)
o 7 jam berikutnya : 12 ml / kg BB / jam
= 3 tts / kg BB / mnt(jika set infus 1 ml = 15 tts)
o 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB, oralit per
oral.
·
untuk anak umur 2-5 tahun, dengan BB 10 – 15 kg
o 1 jam I : 30 ml / kg BB / jam = 3 tts
/ kg BB / mnt. (makro).
o 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB oralit per oral
·
untuk anak ≥ 5 tahun, dengan BB 15 – 25 kg.
o 1 jam I : 20 ml / kg BB / jam = 5 tts
/ kg BB / mnt (makro)
o 7 jam berikutnya : 10 ml / kg BB / jam = 2-3 tts / kg BB / mnt
(makro).
o 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB, oralit peroral.
b. Memberikan terapi simptomatik
Pemberian terapi simptomatik harus berhati-hati dan
perlu pertimbangan karena lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya :
- Pemberian anti
motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan karena dapat
memperbutuk diare. Jika memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan
diberikan dalam jangka pendek (1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.
- Pemberian
antiemetik seperti Metoklopropamid juga perlu diperhatikan karena dapat
menimbulkan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.
- Pada diare
akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada kontraindikasi dapat
diberikan Bismuth subsalisilat maupun Loperamiddalam
waktu singkat. Pada diare berat, obat-obat tersebut perlu dipertimbangkan dalam
pemberian waktu yang singkat dan dikombinasikan dengan pemberian obat
antimikrobial.
- Pada penderita
diare mungkin disertai denganLactose intolerance, oleh karena itu
hindari makanan/ minuman yang mengandung susu sapai diare membaik dan hindari
makanan yang pedas atau banyak mengandung lemak.
c. Memberikan terapi defenitif
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
- Kolera eltor:
Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau
Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab
selama 6 hari atau
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau
gol. Fluoroquinolon
- S.aureus:
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari
- Salmonellosis:
Ampisilin 4x1g/ hari atau
Kortimoksazol 2x2 tab atau
Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg
selama 3-5 hari
- Shigellosis:
Ampisilin 4x1g/ hari, selama 5 hari atau
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 5 hari
- Injeksi Helicobacter
jejuni Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7 hari
- Amubiasis:
Metronidazol 4x500 mg/ hari selama 3 hari atau
Tinidazol dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
Secnidazole dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari
atau
Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 10 hari
- Giardiasis:
Quinacrine 3x100 mg/ hari selama 1 minggu atau
Chloroquin 3x100 mg/ hari selama 5 hari atau
Metronidazol 3x250 mg/ hari selama 7 hari
- Balantidiasis:
Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari
- Kandidosis: Nystatin
3x500.000 unit selama 10 hari
- Virus :
simtomatik dan suportif
d. Therapi
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan
yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidarat lain (gula, air, tajin, dan lain-lain).
(a) Obat-obatan Anti
Sekresi
Asetosal dosis 25 mg / hari dengan dosis minimal 30
mg.
Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
(b) Obat Spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, tidak
boleh di gunakan
(c) Obat Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada
penyebab yang jelas.Bila penyebab yang jelas.Bila penyebabnya kolera dibeirkan
tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat
penyakit penyerta, spt : OMA, faringitis, bronkitis atau bronkopneumonia.
J.
Pencegahan
Dalam pencegahan penyakit Gastroenteritis dapat
dilihat dalam lima tingkat pencegahan (five levels of prevention)
sebagai berikut :
1) Perbaikan status
gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk membentuk daya tahan tubuh
yang lebih baik dan dapat melawan Agent penyakit yang akan
masuk kedalam tubuh, seperti mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat
gizi yang lebih baik dan diperlukan oleh tubuh.
2) Pemberian ASI
Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak mengandung kalori,
protein dan vitamin yang banyak dibutuhkan oleh tubuh, pencegahan ini bertujuan
untuk membentuk system kekebalan tubuh sehingga terlindung dari berbagai
penyakit infeksi seperti Gastroenteritis.
3) Diagnosa Dini dan
Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
4) Pemberantasan Cacat
(Disability Limitation)
Penyakit Gastroenteritis ini jika
tidak diobati secara baik dan teratur akan dapat menyebabkan kematian.
Pembatasan kecacatan (Disability Limitation) dalam mencegah terjadinya
penyakitGastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya
diantaranya :
- Mencegah
proses penyakit lebih lanjut dengan cara melakukan pengobatan secara
berkesinambungan sehingga tercapai proses pemulihan yang baik.
- Melakukan
perawatan khusus secara berkala guna memperoleh pemulihan kesehatan yang lebih
cepat.
- Mencuci tangan
sebelum makan
5) Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi (Rehabilitation) dalam mencegah
terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan rehabilitasi
fisik/medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit Gastroenteritis
BAB III
PENUTUP
Diare merupakan suatu gejala dari bermacam-macam
penyakit. Penyebab pasti dari diare ini tidak dapat diketahui secara pasti,
tetapi haruslah dengan melakukan berbagai macam pemeriksaan dan riwayat
penyakit sekarang, serta apa saja yang dilakukan oleh penderita diare terakhir
sekali. Barulah diketahui klien itu menderita penyakit apa.
Dengan munculnya diare pada anak, terutama yang
masih bayi tidak dapat dianggap remeh walaupun hanya diare beberapa kali dalam
sehari (diare ringan). Karena 80% lebih tubuh bayi terdiri dari air. Yang bila
terjadi diare berarti cairan dan elektrolit dalam tubuh bayi keluar, sehingga
bayi rentan untuk kekurangan cairan dan elektrolit. Apalagi bila diare berat
maka dehidrasi tidak dapat dihindari lagi dan dapat terjadi hipovolemik shock.
Oleh karena itu sebagai perawat perlu dan penting
sekali untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang tua
yang mempunyai anak dan bayi. Agar selalu memelihara kesehatan dan mencegah
timbulnya diare, dengan jalan menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis.
Karena bila bayi stress juga dapat terjadi diare. Memperhatikan gizi makanan
juga sangat penting. Bila terjadi diare maka segeralah beri minum yang banyak
atau dengan memberikan oralit (larutan gula garam) untuk pertolongan pertama,
kemudian segeralah bawa kepada tenaga kesehatan atau rumah sakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.
Diyanti, G.W.
(2007). Studi penggunaan antibiotik pada pasien gastroenteritis dewasa
pada pasien rawat inap di ruang penyakit tropik lnfeksi pria dan wanita RSU Dr.
Soetomo Surabaya. Diperoleh tanggal 11 Maret 2010dari http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007-diyantigus-4467&node=359&start=196&PHPSESSID=735f99a341908093de36c5a6ffbdf67c,
Doenges., dkk.
(1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M. Sumarwati,
Terj.). Edisi 3. Jakarta:
EGC. (Naskah asli dipublikasikan pada tahun 1993)
Gastroenteritis.
(2009). (2010). Diperoleh tanggal 11 Maret 2010
dari http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=47
0 comments:
Post a Comment