ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
STRUMA
Disusun oleh :
Kelompok 1 Ruang 302
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tyroid dan Gangguan pada
Sistem Endokrin : Struma”, tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah sistem
endokrin. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam
pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu
pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf
apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Depok, Maret 2013
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Keseimbangan
hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal. Jika terganggu, akan
terjadi masalah kesehatan, termasuk penyakit gondok. Fungsi kelenjar gondok
yang membesar dan metabolisme tubuh yang meningkat (hipermetabolisme) juga terkadang
disertai kelelahan, jari-jari gemetar atau tremor dan mata menonjol. Terjadinya
goiter atau penyakit gondok memang terkait kelainan yang menyerang kelenjar
tiroid yang letaknya di depan leher di bawah jakun. Kelenjar ini menghasilkan
hormon tiroid yang fungsinya mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh
seseorang. Jika kelenjar kurang aktif memproduksi hormon, terjadilah defisiensi
hormon. Begitu juga jika terlalu aktif, hormon yang dihasilkan akan berlebihan.
Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran kelenjar yang hasil akhirnya
antara lain penyakit gondok (struma endemik).
Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama di
Indonesia, dan tersebar hampir di seluruh provinsi. Survei Pemetaan GAKY tahun
1997/1998 menemukan 354 kecamatan di Indonesia merupakan daerah endemik berat.
Kekurangan iodium ini tidak hanya memicu pembesaran kelenjar gondok, bisa juga
timbul kelainan lain seperti kretinisme (kerdil), bisu, tuli, gangguan mental,
dan gangguan neuromotor. Untuk itu, penting menerapkan pola makan sadar iodium
sejak dini.
2. TUJUAN
Tujuan
umum :
Tujuan dalam
pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam
mempelajari tentang anemia dan asuhan keperawatan aritmia
Tujuan khusus :
1. Mengetahui pengertian dari Struma
2. Menngetahui penyebab dari Struma
3. Mengetahui tanda dan gejala dari Struma
4. Mengetahui klasifikasi dari Struma
3. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian Struma?
2) Apa saja penyebab Struma?
3) Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada
pasien Struma?
4) Bagaimana proses perjalanan Struma?
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi Kelnjar Tyroid
Kelenjar thyroid terletak di depan
trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas dua lobus yang terletak disebelah
dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh secarik jaringan disebut istmus yang
melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi
sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara kelenjar
hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus anterior
hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan
sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid.
Apabila
terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang peningkatan sekresi
TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk meningkatkan sekresi hormon
thyroid: Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh dan
Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.
1. Fungsi Fisiologis Hormon Tiroid:
a. Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3) berikatan
dengan reseptornya di inti sel.
b. Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan ATP
(adenosin trifosfat) meningkat.
c. Meningkatkan transfor aktif ion melalui membran sel.
d. Meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada masa janin.
2. Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
a. A. thyroidea superior (arteri utama)
b. A. thyroidea inferior (arteri utama)
c. Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari aorta
atau A. anonyma.
3. Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:
a. V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna).
b. V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna).
c. V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).
Aliran limfe
terdiri dari 2 jalinan: Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis dan
Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis. Kedua jalinan ini akan
mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu menuju ke kelenjar limfe
yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke
limfonoduli mediastinum superior.
4. Persarafan kelenjar tiroid:
a. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior
b. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang
N.vagus). N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi,
akibatnya pita suara terganggu (stridor/serak).
Secara
histologi, parenkim kelenjar ini terdiri atas:
a) Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi
suatu massa koloid. Sel epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk kolumner
katika folikel lebih aktif (seperti perkembangan otot yang terus dilatih).
b) Cellula
perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel yang
berjauhan.
5. Mekanisma Umpan Balik Hormon Dari Kelenjar Tiroid
Efek umpan
balik hormon tiroid dalam menurunkan sekresi TSH oleh hipofisis anterior.
Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi TSH
oleh hipofisis anterior bila kecepatan sekresi hormon tiroid meningkat sampai
kira-kira 1,75 kali dari normal, maka kecepatan sekresi TSH turun sampai nol.
Hampir semua efek penurunan umpan balik ini terjadi, walaupun seluruh hipofisis
anterior telah dipisahkan dari hipotalamus. Mungkin sekali bahwa peningkatan
hormon tiroid menghambat sekresi TSH oleh hipofisis anterior terutama melalui
efek langsung terhadap kelenjar hipofisis anterior itu sendiri. Mekanisme umpan
balik juga dipakai untuk menjaga agar konsentrasi hormon tiroid bebas dalam
sirkulasi darah tetap berada pada konsentrasi yang hampir normal.
6. Metabolisme Basal
Merupakan
jumlah keseluruhan aktivitas metabolisme dalam keadaan istirahat fisik dan
mental. Dalam hal ini, O2 diperlukan sedikit karena jaringan bekerja sedikit.
Kecepatan
metabolisme basal diukur pada orang yang istirahat ditempat tidur, sebelum
makan dan minum, pada waktu malam hari, serta keadaan dimana belum terganggu
pemasukkan O2 maupun pengenluaran CO2, faktor yang mempengaruhi kecepatan
metabolisme adlah sebagai berikut:
1) Ukuran tubuh. Orang gemuk proses metabolismenya lebih
tinggi
2) Umur. Usia remaja dan dewasa terjadi peningkatan
metabolisme tubuh dan menurun setelah usia lanjut.
3) Jenis kelamin. Laki-laki metabolismenya lebih besar
dibandingkan wanita
4) Iklim.
5) Jenis pekerjaan. Pekerja berat kecepatan metabolisnya
lebih tinggi.
Oleh karena hormon tiroid meningkatkan metabolisme
sebagian besar sel tubuh, maka kelebihan hormon ini kadang kala akan
meningkatkan laju metabolisme basal setinggi 60 sampai 100 persen diatas nilai
normalnya. Sebaliknya bila tidak ada hormon tiroid yang dihasilkan, maka laju metabolisme
basal menurun sampai hampir setengah nilai normal. Agar laju metabolisme basal
dapat sangat tinggi maka hormon ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat banyak.
7. Biosintesis dan Metabolisme Hormon Tiroid
a) Iodide Trapping, yaitu pejeratan
iodium oleh pompa Na+/K+ ATPase.
b) Yodium masuk ke dalam koloid dan
mengalami oksidasi. Kelenjar tiroid merupakan satu-satunya jaringan yang dapat
mengoksidasi I hingga mencapai status valensi yang lebih tinggi. Tahap ini
melibatkan enzim peroksidase.
c) Iodinasi tirosin, dimana yodium yang
teroksidasi akan bereaksi dengan residu tirosil dalam tiroglobulin di dalam
reaksi yang mungkin pula melibatkan enzim tiroperoksidase (tipe enzim
peroksidase).
d) Perangkaian iodotironil, yaitu perangkaian dua molekul
DIT (diiodotirosin) menjadi T4 (tiroksin, tetraiodotirosin) atau perangkaian
MIT (monoiodotirosin) dan DIT menjadi T3 (triiodotirosin). reaksi ini
diperkirakan juga dipengaruhi oleh enzim tiroperoksidase.
e) Hidrolisis yang dibantu oleh TSH
(Thyroid-Stimulating Hormone) tetapi dihambat oleh I, sehingga senyawa inaktif
(MIT dan DIT) akan tetap berada dalam sel folikel.
f) Tiroksin dan triiodotirosin keluar
dari sel folikel dan masuk ke dalam darah. Proses ini dibantu oleh TSH.
g) MIT dan DIT yang tertinggal dalam
sel folikel akan mengalami deiodinasi, dimana tirosin akan dipisahkan lagi dari
I. Enzim deiodinase sangat berperan dalam proses ini.
h) Tirosin akan dibentuk menjadi
tiroglobulin oleh retikulum endoplasma dan kompleks golgi.
i) Pengangkutan Tiroksin dan
Triiodotiroksin Ke Jaringan
Setelah
dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik secara cepat
berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang dari
0,1% T4 tetap berada dalam bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini memang
luar biasa mengingat bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid
memiliki akses ke sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek. Terdapat 3
protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid :
- TBG (Thyroxine-Binding Globulin)
yang secara selektif mengikat 55% T4 dan 65% T3 yang ada di dalam darah.
- Albumin yang secara nonselektif
mengikat banyak hormone lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3.
- TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin)
yang mengikat sisa 35% T4.
Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biolorgis sekitar empat kali lebih poten daripada T4.
Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biolorgis sekitar empat kali lebih poten daripada T4.
Namun,
sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian dirubah menjadi T3, atau
diaktifkan, melalui proses pengeluaran satu yodium di hati dan ginjal. Sekitar
80% T3 dalam darah berasal dari sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran
yodium di jaringan perifer. Dengan demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid
yang secara biologis aktif di tingkat sel.
8. Pengaruh Hormon Tiroid Terhadap
metabolisme
- Efek pada Metabolisme Karbohidrat:
Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek metabolisme karbohidrat, termasuk
penggunaan glukosa yang cepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan
glukogenesis, meningkatkan kecepatan absorpsi dari saluran cerna, dan bahkan
juga meningkatkan sekresi insulin dan hasil akhirnya adalah efeknya terhadap
metabolisme karbohidrat. Semua efek ini mungkin disebabkan oleh naiknya seluruh
enzim akibat hormon tiroid.
- Efek pada Metabolisme Lemak: Pada
dasarnya semua aspek metabolisme lemak juga ditingkatkan di bawah pengaruh
hormon tiroid. Secara khusus, lemak secara cepat diangkut dari jaringan lemak,
yang menurunkan cadangan lemak tubuh lebih besar daripada hampir seluruh elemen
jaringan lain. Hormon tiroid juga meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di
dalam plasma dan sangat mempercepat oksidasi asam lemak bebas oleh sel.
B. Pengertian
Struma adalah pembesaran pada kelenjar
tiroid. Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang
secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda
hypertiroidisme.
Struma adalah pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh
kurangnya diet iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya
pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang
dihasilkan.
Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang
menyebabkan pembengkakan di bagian depan leher (Dorland, 2002). Kelenjar tiroid
terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea.
Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4), dan triiodotironin (T3),
serta hormon kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsium bersama dengan
parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid (Guyton and Hall, 2007).
DEFINISI truma adalah pembesaran kelenjar gondok yang
disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon
tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar -
debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun,
mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
C. Etiologi
Etiologi :
Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah kekurangan iodium. Akan
tetapi pasien dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya belum
diketahui.
1. Struma non toxic disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada
difesiensi sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat
iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hypothyroidism dan
cretinism.
b. Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada
pre-existing penyakit tiroid autoimun
c. Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone,
aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium
d. Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester
derivative dan resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.
e. Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis,
lobak cina, brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam
rumput liar
f. Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic
hormon kelejar tiroid
g. Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi
selama masa kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee, 2004)
2. Struma Non Toxic Diffusa
Etiologi:
(Mulinda, 2005)
a. Defisiensi Iodium
b. Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum
thyroiditis
c. Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti
lithium, dengan penurunan pelepasan hormon tiroid.
d. Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis,
resistensi hipofisis terhadap hormo tiroid, gonadotropin, dan/atau
tiroid-stimulating immunoglobulin
e. Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan
dalam biosynthesis hormon tiroid.
f. Terpapar radiasi
g. Penyakit deposisi
h. Resistensi hormon tiroid
i. Tiroiditis Subakut (de Quervain
thyroiditis)
j. Silent thyroiditis
k. Agen-agen infeksi
l. Suppuratif Akut : bacterial
m. Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa parasite
D. Patofisiologi
Pada umumnya penderita struma nodusa tidak mengalami keluham karena tidak
ada hipo atau hipertiroidisme. Nodusa mungkin tunggal tetapi kebanyakan
berkembang menjadi multi noduler yang tidak berfungsi. Struma dapat menjadi
besar tanpa gejala, kecuali berjalan dileher. Sebagian penderita dengan Struma
nodusa dapat hidup dengan Strumanya tanpa keluhan, karena tidak mengganggu
pernafasan dan menonjol kedepan. Sebagian lain dapat menyebabkan gangguan
pernafasan sampai akhirnaya terjadi Dyspnea.
Biasanya struma adenoma benigna, walaupun besar tidak menyebabkan gangguan
neurologik, Muskuloskeletal, menelan karena tekanan atau dorongan. Kelainan
lain adalah rasa berat di leher saat menelan makanan. Trakea naik untuk menutup
laring dan epiglostis sehingga tiroid terasa berat karena terfiksasi pada
trakea.
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan
tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap
usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating
Hormon
kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik
negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak
aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui
rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
E. Manifestasi Klinik
Berdasarkan
pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan, maka tanda dan gejala pasien
struma adalah :
1. Status Generalis (umum)
a. Tekanan darah meningkat (systole)
b. Nadi meningkat
c. Mata : Exophtalamus
Stellwag
sign :
jarang berkedip
Von Graefe
sign :
palpebra mengikuti bulbus okuli waktu melihat ke bawah.
Morbius sign : sukar konvergens
Jeffroy sign : tak dapat mengerutkan dahi.
Rossenbach
sign :
tremor palpebra jika mata ditutup.
d. Hipertoni simpatis : kulit basah dan dingin, tremor
e. Jantung : takikardi.
2. Status Lokalis : Regio Colli
Anterior.
a. Inspeksi : benjolan, warna, permukaan, bergerak waktu
menelan.
b. Palpasi : permukaan, suhu
Batas atas—–
kartilago tiroid
Batas bawah
— incisura jugularis
Batas medial
— garis tengah leher
Batas
lateral — m.sternokleidomastoid.
3. Gejala Khusus
a. Struma kistik
Mengenai 1
lobus
Bulat, batas
tegas, permukaan licin, sebesar kepalan.
Kadang
multilobularis.
Fluktuasi
(+)
b. Struma Nodusa
Batas jelas
Konsistensi
: kenyal sampai keras
Bila keras
curiga neoplasma, umumnya berupa adenocarsinoma tiroidea
c. Struma Difusa
Batas tidak jelas
Konsistensi
biasanya kenyal, lebih kearah lembek.
d. Struma vaskulosa
Tampak
pembuluh darah (biasanya arteri), berdenyut
Auskultasi :
Bruit pada neoplasma dan struma vaskulosa
Kelenjar
getah bening : Paratracheal Jugular Vein.
F. Klasifikasi Struma
1. Berdasarkan Fisiologisnya
Berdasakan
fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Eutiroidisme
Eutiroidisme
adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan
stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar
hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma
semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang
jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme
adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga sintesis
dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk
mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien
hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai
kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh
antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Gejala hipotiroidisme adalah
penambahan berat badan, sensitif terhadap udara dingin, dementia, sulit
berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok,
mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.
c. Hipertiroidisme
Dikenal juga
sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai respon
jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang
berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi
dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi
hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala
hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat, keringat
berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga
terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata
melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi
otot.
2. Berdasarkan Klinisnya
Secara
klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai berikut
:
a. Struma Toksik
Struma
toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa
toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan
bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan
lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma
multinoduler toksik). Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan
hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang
berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok
eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak
ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya. Perjalanan penyakitnya tidak
disadari oleh pasien meskipun telah diiidap selama berbulan-bulan.
Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah,
mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif.
Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan pembentukan
antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai hasilpengobatan
penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan mencegah
pembentukyna.32 Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat dan
mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik
adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit
berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.
b. Struma Non Toksik
Struma non
toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma diffusa non
toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh
kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma
endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya
kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon
oleh zat kimia. Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul,
maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai
tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non
toksik. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang
menjadi multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami
keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang
berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian
pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia)
atau trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila
timbul perdarahan di dalam nodul. Struma non toksik disebut juga dengan gondok
endemik, berat ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi
yodium urin. Dalam keadaan seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh
hampir sama dengan yang diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok
yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10
%-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %
G. Komplikasi
· Gangguan menelan dan bernafas
· Gangguan jantung, baik berupa irama
jantung maupun jantung kongestif
· Osteoporosis
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Fungsi Hormon
Status
fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi
tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan
triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum
mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH
plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik. Kadar TSH plasma sensitif
dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien
hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien
peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal
penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium
radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap
dan mengubah yodida.
2. Foto Rontgen leher
Pemeriksaan
ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat trakea (jalan
nafas).
3. Ultrasonografi (USG)
Alat ini
akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar TV.
USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul yang
mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat
didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
4. Sidikan (Scan) tiroid
Caranya
dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-99m dan
yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di
bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan
dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalah
fungsi bagian-bagian tiroid.
5. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan
khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum
tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian
pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi
kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang
kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.
I. Penatalaksaan Medis
Ada beberapa
macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma antara lain sebagai
berikut:
1. Operasi/Pembedahan
Pembedahan
menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering dibandingkan dengan
yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak
mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi dengan
obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan untuk
pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan. Pada wanita hamil
atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik atau pil KB), kadar
hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak tiroid
yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga
dapat diketahui keadaan fungsi tiroid. Pembedahan dengan mengangkat sebagian
besar kelenjar tiroid, sebelum pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah
pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena
jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam
jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma
dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan pembedahan.
2. Yodium Radioaktif
Yodium
radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka
pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50%. Yodium
radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil
penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan
resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik35 Yodium radioaktif diberikan
dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit, obat ini ini
biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat
tiroksin.5
3. Pemberian Tiroksin dan obat
Anti-Tiroid
Tiroksin
digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk
menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan
untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan
kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini adalah
propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
J. Pencegahan
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat
dalam hal merubah pola perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam
yodium
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan
sumber yodium seperti ikan laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara
memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam
sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan
d. Iodisai air minum untuk wilayah
tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan keuntungan yang lebih
dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil.
Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida
yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air
minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium
(lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran
pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun,
termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan
endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam
minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan
anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
BAB III
PENUTUP
Apabila
terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang peningkatan
sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk meningkatkan sekresi hormon
thyroid: Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh dan
Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh. Struma
adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau
lebih. Penyebab paling banyak dari struma adalah kekurangan iodium. Dan
sebagai pemberi pelayanan kesehatan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat
dalam hal merubah pola perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian
garam beryodium.
DAFTAR PUSTAKA
Wiwik. H., & Haribowo, A. S (2008) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sitem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Harrison
(1999) Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Editor Edisi Bahasa Indonesia :
Asdie, A. H. Jakarta : EGC.
Hidayat, A,
A, A. ( 2008 ) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi Kedua. Jakarta :
Salemba Medika
0 comments:
Post a Comment