KLASIFIKASI, PATOFISIOLOGI &
PEMERIKSAAN PENUNNJANG CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2011– 2012
KLASIFIKASI CONGESTIF
HEART FAILURE (CHF)
Klasifikasi Gagal Jantung Secara Umum
1)
Gagal
jantung Akut
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala atau tanda
akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa adanya
sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa berupa disfungsi sistolik atau
disfungsi diastolik, keadaan irama jantung yang abnormal atau
ketidakseimbangan dari pre-load atau after-load, seringkali memerlukan
pengobatan segera. Gagal jantung akut dapat berupa serangan baru tanpa ada
kelainan jantung sebelumnya atau dekompensasi akut dari gagal jantung kronis.
(Cokat, 2008)
Pada gagal jantung akut ini dapat pula diklasifikasikan lagi baik dari gejala
klinis dan foto thorax (Killip), klinis dan karakteristik hemodinamik
(Forrester) atau berdasarkan sirkulasi perifer dan auskultasi paru. Dapat pula
dibagi berdasarkan dominasi gagal jantung kanan atau kiri yaitu Forward (kiri
dan kanan (AHF), Left heart backward failure (yang dominan gagal jantung kiri),
dan Right heart backward failure (berhubungan dengan disfungsi paru dan jantung
sebelah kanan). (Cokat, 2008)
2)
Gagal
jantung kronik
Gagal jantung kronik didefinisikan sebagai sindrom klinik yang komplek yang
disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan
istirahat atau latihan, edema dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam
keadaan istirahat. (Cokat, 2008)
Klasifikasi Gagal Jantung Menurut New York Heart
Association (NYHA)
·
NYHA kelas
I, para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik serta
tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah, sesak
nafas atau berdebar-debar, apabila mereka melakukan kegiatan biasa.
·
NYHA kelas
II, penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak
mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa
menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung
berdebar, sesak nafas atau nyeri dada.
·
NYHA kelas
III, penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam kegiatan fisik.
Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang
kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung
seperti yang tersebut di atas.
·
NYHA kelas
IV, penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan
keluhan. Waktu istirahat juga dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi
jantung, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik meskipun sangat
ringan. (Merdikoputro, 2004)
Klasifikasi
stadium berdasarkan American College of Cardiology and the American Heart
Association:
·
Tahap A
Mempunyai risiko tinggi terhadap perkembangan gagal jantung tetapi tidak
menunjukkan struktur abnormal dari jantung .
·
Tahap B
Adanya stuktur yang abnormal pada jantung pasien tetapi tidak bergejala.
·
Tahap C
Adanya struktural yang abnormal dari pasien dengan gejala awal gagal jantung.
·
Tahap D
Pasien dengan gejala tahap akhir gagal jantung sulit diterapi dengan pengobatan
standar. (Cokat, 2008)
Gagal jantung ada dua yaitu
gagal jantug kanan dan gagal jantung kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri dapat
mengalami kegagalan terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului
gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri sinonim dengan edem paru akut.
1. GAGAL
JANTUNG KIRI :
Ventrikel kiri tidak mampu memompa darah dari paru
sehingga terjadi peningkatan tekanan sirkulasi paru mengakibatkan cairan
terdorong kejaringan paru. Tandanya : (dispnu, batuk, mudah lelah,
tachikardi, bunyi jantung S3, cemas, gelisah).
-
Dispnu karena
enimbunan cairan dalam alveoli, ini bias terjadi saat istirahat / aktivitas.
-
Ortopnu
: kesulitan bernafas saat berbaring, biasanya yg terjadi malam hari
(paroximal nocturnal dispnu / PND)
-
Batuk
: kering / produktif, yang sering adalah batuk basah disertai bercak darah
-
Mudah lelah
: akibat
curah jantung < menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga meningkatnya energi yg
digunakan.
-
Gelisah dan
cemas : akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan
bernafas.
2. GAGAL
JANTUNG KANAN
Sisi jantung kanan tidak mampu mengosongkan volume
darah dengan dengan adekuat sehingga dapat mengakomodasi darah secara normal
kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang nampak adalah : edema
ekstremitas (pitting edema), penambahan BB, hepatomegali, distensi vena leher,
asites (penimbunan cairan dalam rongga peritoneum), anoreksia, mual, muntah,
nokturia dan lemah.
-
Edema
; mulai dari kaki dan tumit, bertahap keatas tungkai dan paha akhirnya
kegenalia eksterna dan tubuh bagian bawah.
-
Pitting
edema : edem dg penekanan ujung jari
-
Hepatomegali
: nyeri
tekan pada kanan atasabdomen karena pembesaran vena dihepar.
-
Asites : pengumpulan
cairan dalam rongga abdomen dapat mengakibatkan tekanan pada diafragma dan
distress pernafasan.
-
Anoreksia dan
mual : terjadi karena desakan vena dan stasis vena dalam rongga abdomen
-
Nokturia : ingin
kencing malam hari terjadi karena ferfusi renal didukung oleh posisi penderita
saat berbaring. Diuresis terbaik pada malam hari karena curah jantung akan
membaik dg istirahat.
-
Lemah : karena
menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan produk sampah
katabolisme yg tidak adekuat dari jaringan.
PATOFISIOLOGI CONGESTIF HEART
FAILURE (CHF)
Gagal jantung kongestif ( congestive heart failure,
CHF) terjadi bila jantung tidak dapat memompa darah kembali ke sisi kanan
jantung atau memberikan sirkulasi sistemik yang adekuat umtuk memenuhi
kebutuhan organ-organ dan jaringan dalam tubuh. Komponen CHF yang mencangkup
volume preload dan volume sirkulasi, afterload, dan kontraktilitas.
Disfungsi miokard, beban tekanan berlebihan, beban sistolik berlebihan, dan
peningkatan kebutuhan metabolisme menyebabkan beban jantung meningkat akibat
penurunan kontraktilitas jantung yang berpengaruh pada hambatan pengosongan
ventrikel dan penurunan Cardiac output. Beban jantung meningkat menyebabkan
kegagalan jantung ventrikel kanan dan kiri.
Pada kegagalan jantung kiri terdapat forward failure
dan backward failure. Forward failure menyebabkan kurangnya suplai oksigen ke
seluruh tubuh dan jaringan sehingga metabolisme menjadi anaerob dan penurunan
ATP sehingga tubuh menjadi lemah, lesu, dan pusing. Selain itu dapat terjadi
ketidaksdaran (sinkop). Pada ginajl juga mengalami kekurangan suplai darah yang
merangsang RAA (renin Angiotensin Aldosteron) yang mempengaruhi peningkatan
Aldosteron dan merangsang peningkatan ADH yang menyebabkna retensi Natrium dan
H2O yang menyebabkan penumpukan cairan pada ekstremitas bawah shinga menjadi
edema.
Pada backward failure menyebabkan peningkatan volume
akhir diastolik yang mempengaruhi peningkatan tekanan pulmonalis dan kapiler
pada paru yang menimbulkan edema paru sehingga terjadi penumpukan secret dan
terganggunya pertukaran gas. Selain itu peningkatan beban ventrikel kanan
menyebabkan hipertropi ventrikel kanan yang mengakibatkan kegagalan jantung
kanan. Akhirnya berpengaruh pada tekanan diastole dan bendungan atrium kanan
yang menyebabkan aliran darah pada vena sistemik yang membawa oksigen kembali
ke organ hepar dan lien melalui vena porta hepativa, karena peningkatan tekanan
sehingga terjadi splenomegali dan hepatomegali yang mendesak diafragma sehingga
terjadi sesak napas.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi tergantung pada tiga faktor :
1. Preload : jumlah darah yang mengisi pada jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung.
2. Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi
yang terjadi pada tingkat sel dan b/d perubahan panjang regangan serabut
jantung
3. Afterload : mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yg
harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yg ditimbulkan
oleh tekanan arteriole.
Gambar 1. Disfungsi Ventrikel
Diagnosa Keperawatan yang
Mungkin Muncul
- Tidak efektifnya jalan napas berhubungan dengan penumpukan secret
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan secret pada paru
- Gangguan pola napas tidak efektif berhubungan dengan sesak napas
adanya hepatomegali dan splenomegali
- Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan tekanan darah, hipovolumia
- Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemia
pada miocard
- Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan
perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload atau
peningkatan SVR, miocardial infark
- Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan extra selular berhubungan
dengan penurunan perfusi organ ( renal ), peningkatan retensi natrium,
penurunan plasma protein
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ekokardiografi
•
Fraksi
ejeksi dancurah jantung
•
Abnormalitas
gerakan ventrikel kiri
•
Hipertrofi
kardiomiopati
•
Fraksi
ejeksi kuranng dari 50 %
2. Sonogram
•
Adanya
pembesaran dimensi ventrikel kiri.
•
Perubahan
fungsi atau struktur katup
•
Penurunan
kontraktilitas ventrikular
3. Scan
Jantung
•
Memperkirakan
pergerakan dinding jantung
•
Penurunan
kontraktilitas ventrikular
4. Kataerisasi Jantung
•
Penurunan kontraktilitas
ventrikular
•
Membedakan
gagal jantung kiriatau kanan dan mengkaji potensiarteri koroner.
5. Rontgen Dada
•
Kardiomegali,edema
paru, efusipleura
•
Penyakitperikardium,
PPOK (dicurigai adanya kerusakan pada ventrikel kanan), kongesti pulmonal
6.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui
sejauh mana gagal jantung telah mengganggu fungsi-fungsi organ lain seperti :
hati, ginja dan lain-lain.
-
AGD; Gagal
ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.
-
Enzim
jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal
infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase
Laktat/LDH, isoenzim LDH).
-
Elektrolit;
mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic.
7. Radiologi
• Bayangan hili paru yang tebal dan melebar,
kepadatan makin ke pinggir berkurang
• Lapangan paru bercak-bercak karena
edema paru
• Distensi vena paru
• Hidrothorak
• Pembesaran jantung,cardio-thoragic
ratio meningkat
DAFTAR
PUSTAKA
PPNI klaten 2009 . RSUD DR. Suradji Tirtonegoro
klaten .Tlp. 0272326060, email: indartoas@yahoo.co.id (Jam 15.15
wib)
Rokhaeni Heni, SMIP, CCRN dkk . 2001. Buku Ajar
Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Bidang Pendidikan Dan Pelatihan Pusat
Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional “Harapan Kita”.
price silvya A. dan Lorraine M. Wilson. 2005.
Patofisiologi Konsep Klinis Dan Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
0 comments:
Post a Comment